Beritaenam.com — Ingat Nokia? Benar tidak Nokia yang pernah menguasai pasar seluler itu sudah tamat?
Dalam 150 tahun sejarahnya, Nokia telah berkali-kali diterjang badai. Berkali-kali itu pula ia selamat.
Rahasianya? Transformasi.
Dimulai sebagai pabrik kertas di Finlandia pada tahun 1865 dan kemudian pindah ke industri lain dan negara lainnya.
Nokia juga pernah nyaris bangkrut.
Selama 150 tahun itu pula badai perubahan membuat Nokia jatuh bangun. Dan Nokia bertahan karena melihat badai itu bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai peluang.
Selama 150 tahun Nokia telah menjadi perusahaan yang kokoh. Sampai tahun 1980-an ketika teknologi mobile mulai lepas landas, Nokia sempat lunglai karena tak siap menghadapi perubahan.
Nokia – dalam istilah sekarang belum Bejo. Seseorang jadi bejo atau beruntung karena dia siap dan bergerak ketika peluang datang.
Bejo menjadi popular karena Bejo Jahe Merah produk obat masuk angin keluaran Bintang Toedjoe.
Merek ini berhasil karena dia siap jualan ketika banyak pejabat bicara soal jahe merah sebagai penangkal corona.
Dalam konteks Nokia saat itu, berarti Nokia belum siap mengambil peluang yang muncul karena perkembangan teknologi.
Ia belum memantapkan dirinya sebagai perusahaan yang memproduksi peralatan jaringan dan telepon.
Baru masuk dekade 1990an, Nokia secara pelahan namun mantap bergerak menjadi pemimpin di industri seluler.
Pada tahun 2007, Nokia menjadi pemain dominan di bisnis ponsel, dengan pangsa pasar global 40%.
Dominasi itu tercapai berkat teknologi unggul dan keuntungan skala yang sangat besar yang diraih Nokia.
Namun bagaimanapun, hanya dalam waktu lima tahun kemudian, Nokia mengalami krisis yang parah: kapitalisasi pasarnya turun 96%.
Perusahaan itu seakan membakar uang tunai, dan kerugian operasional lebih dari $ 2 miliar dalam enam bulan pertama tahun 2012.
Namun Nokia banyak belajar dari pengalamannya. Penurunan kijerja itu membangunkan semangatnya untuk melakukan perubahan dramatis.
Agenda strategis besar pertamanya adalah menemukan jawaban atas kerisauan tentang nasib bisnis telepon seluler, apakah tetap di bisnis itu atau melepaskannya alias mundur.
Bagaimana Nokia bisa selamat dari gempuran badai?