Presiden Joko Widodo menyebut masih ada praktik dalam perdagangan digital yang tidak adil terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
“Saya sudah sampaikan ke Pak Menteri Perdagangan, ini ada yang nggak bener ini di perdagangan digital kita, membunuh UMKM,” kata Jokowi.
Meski demikian, Presiden menegaskan perdagangan digital harus dapat mendorong pengembangan UMKM di Indonesia, terutama setelah dunia dilanda pandemi COVID-19.
Untuk itu perdagangan tersebut harus dikembangkan. Namun, tegas Jokowi, transformasi digital pada bidang perdagangan ini haruslah menciptakan sebuah ekosistem e-commerce yang adil dan bermanfaat.
“Sekali lagi kita bukan bangsa yang menyukai proteksionisme karena sejarah membuktikan bahwa proteksionisme justru merugikan, tetapi kita juga tidak boleh menjadi korban unfair practices dari raksasa digital dunia. Transformasi digital adalah win-win solution bagi semua pihak,” ujar Jokowi.
Presiden menilai sebenarnya UMKM Indonesia berpotensi menciptakan sebuah produk dengan kualitas ekspor. Dengan bimbingan yang tepat, Jokowi yakin produk-produk UMKM tidak akan kalah dengan produk luar negeri.
Tidak hanya untuk ekspor, Kementerian Perdagangan juga harus mempunyai kebijakan dan strategi yang tepat untuk mengembangkan produk nasional di dalam negeri.
Presiden mencontohkan produk-produk UMKM harus diberi ruang yang lebih luas untuk menjajakan produknya, agar masyarakat tidak hanya tertarik dengan produk dari luar negeri.
“Produk-produk dalam negeri gaungkan, gaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri, bukan hanya cinta tapi benci. Cinta barang kita, benci produk dari luar negeri sehingga betul-betul masyarakat kita menjadi konsumen yang loyal sekali lagi untuk produk-produk Indonesia,” tuturnya.
Perluas Pasar Ekspor
Dalam kesempatan ini, mantan gubernur DKI Jakarta ini juga menginstruksikan jajarannya untuk memperluas pasar ekspor. Ia melihat, pangsa pasar ekspor Indonesia masih terbatas pada negara-negara tertentu, padahal peluang ekspor pada negara-negara lain semakin terbuka lebar.
“Saya minta pasar-pasar nontradisional harus terus diperluas. Ini bertahun-tahun selalu kita arahnya selalu Uni Eropa, Amerika. Jangan terjebak pada pasar ekspor yang itu-itu saja. Sekarang tumbuh pasar-pasar baru yang harus digarap secara serius,” paparnya.
Jokowi mencontohkan negara-negara seperti di Afrika, Asia Selatan, dan Eropa Timur merupakan potensi perluasan pangsa pasar ekspor Indonesia yang bagus karena pertumbuhan ekonomi masing-masing negara berada di atas lima persen.
Maka dari itu, ia menekankan Kementerian Perdagangan untuk segera menyelesaikan perundingan perdagangan dengan negara-negara potensial untuk perluasan pasar ekspor baru.
Menjadi Kekuatan Industri
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan Indonesia mencatatkan surplus pada neraca perdagangan sebesar $21,7 miliar pada tahun 2020.
Meskipun surplus tersebut dikarenakan nilai impor yang turun, tetapi yang perlu dibanggakan adalah 61,2 persen dari total ekspor ini berbentuk barang industri primer dan produk manufaktur.
“Ini menunjukkan transformasi nyata bahwa Indonesia telah menjadi kekuatan industri dan tidak lagi hanya mengeskpor barang mentah dan barang setengah jadi,” kata Lutfi.