Selamat! Akhirnya Komjen Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo M. Si, dilantik jadi Kapolri, di Istana Kepresidenan, Rabu (7/1/2021).
Listyo menggantikan Jenderal (Pol) Idham Azis, setelah Komisi III DPR secara aklamasi menyetujuinya, usai menjalani uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) pada Rabu, pekan lalu.
Penetapan Jendral Listyo di pucuk pimpinan korps Bhayangkara – dengan kode “Tribrata 1 (TB 1)” – sekaligus momentum untuk mengembalikan Indonesia ke jalur Bhinneka Tunggal Ika. Semangat keragaman. Menghapus sektarianisme.
Bahwa Indonesia bukan hanya milik kaum mayoritas dan agama tertentu. Melainkan milik semua.
Sejarah mencatat Listyo
Sigit Prabowo menjadi Kapolri kedua yang berlatar belakang Kristiani. Sebelumnya ada Jenderal (purn) Widodo Budidarmo (1974 – 1978).
Presiden Jokowi mewujudkan nasehat yang disampaikan oleh pendahulunya, almarhum KH Abdurachman Wahid alias Gus Dur :
“Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu,” kata Presiden dan juga Kyai itu.
Jokowi mempraktikan paham kebhinnekan dan keberagaman secara “kaffah”. Tak hanya di pemerintahan melainkan juga di rumahnya.
Kita kenal Jokowi ngunduh mantu pertama seorang gadis Katolik, kemudian menikahkan putri satu satunya dengan pria non Jawa bermarga Nasution. Dan nampaknya bakal punya mantu Tionghoa Singapura dari si bontot.
Jendral Sigit adalah sosok yang diinginkan Jokowi. Dan mendapat dukungan dari Kapolri sebelumnya, Jendral Idham Azis.
Komjen Sigit pun diajukan sebagai calon tunggal dari lima nama yang disodorkan Kompolnas.
Jokowi dan Sigit Prabowo sudah berteman lama, sejak masih sama sama di Solo – sebagaimana Jokowi juga berteman lama dengan Hadi Tjahjanto – yang kini menjadi Panglima TNI. Dua duanya “low profile” dan ada “chemistry”.
“Chemistry” itu penting. Rasa nyambung, saling memahami. Kemampuan saling membaca pikiran dan visi. Ada dialog dari hati ke hati.
Dalam menjalankan suatu tugas, kapabilitas, loyalitas, profesionalistas dan jejak rekam (track record) memang penting. Tapi tak kurang pentingnya kemistri (“chemistry”).
Dalam setiap krisis pemimpin memerlukan orang yang bisa dipercaya, terbukti setia, solidaritas dan ada “chemistry”.
Saat ini Presiden Jokowi sedang membutuhkan sahabat di jajaran Polri dalam menghadapi tantangan keamanan dan ketertiban yang ada.
Di tengah krisis ekonomi dan pandemi, dia memerlukan orang yang bisa dipercaya dan mengerti keinginannya. Membuatnya nyaman.
Hubungan di antara mereka sangat dekat dan sudah terjalin lama yaitu ketika Sigit menjadi Kapolres Surakarta, dan Jokowi jadi Walikotanya.
Sigit dikenal sebagai polisi yang santun, ramah dan rendah hati, selain sederhana. Mereka berdua punya chemistry yang sama.
Sikap sederhana dan rendah hatinya itu, disukai Jokowi sehingga ditarik ke Jakarta dan menjadi ajudan di istana. Dari sana Mabes Polri mempromosikannya jadi Kapolda Banten.
Awalnya memang ada penolakan dari MUI Banten, dengan alasan Sigit bukan Muslim. Namun waktu membuktikan dalam melaksanakan tugasnya, Sigit bisa jadi sahabat umat Islam di Banten.
Karirnya pun makin berkibar setelah menjadi Kapolda di wilayah jawara dan basis muslim kuat itu.
Kembali ke markas Trunojowo – Kebayoran Baru, naik pangkat jadi Kabareskrim Polri. Kasus Djoko Tjandra pun dipecahkannya. Pelarian 17 tahun Maria Pauline Lumowa pembobol BNI Rp. 1, 7 triliun berhasil dikembalikan dari Belanda.
JENDRAL POLISI Listyo Sigit Prabowo bukan lulusan terbaik Akpol, peraih Adhi Makayasa seperti Tito Karnavian.
Dalam penugasannya pun Sigit “hanya” menjabat sebagai Kapolda di Banten (2016-2018), bukan Polda kelas A, seperti Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Metro Jaya.
Dikenal sebagai jendral dengan bahasa Inggris yang sempurna, saat jadi Kapolda Banten biasa terbang dengan “economy class” dan hanya membawa satu ajudan.
Diketahui, dari lima calon Kapolri yang diajukan Kompolnas ke Jokowi, Sigit juga bukan yang terkaya. Yang terkaya adalah Arief Sulistyanto.
Kekayaan Sigit hanya berupa tanah, bangunan, kendaraan dan harta bergerak lainnya menurut laporan LHKPN, totalnya kurang lebih Rp. 8,3 miliar. Kecil untuk ukuran jenderal polisi dan mantan kapolda itu.
Yang kemudian jadi sorotan, Listyo Sigit bukan jendral muslim. Tetapi negara kita pun bukan negara agama. Semua putra terbaik bangsa berhak mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin, termasuk jadi Kapolri.
BLESSING in disguise. Ini sekaligus menjadi momentum untuk mengembalikan arah negara ke track yang benar : keragaman. Bhinneka Tunggal Ika. Negara ini bukan hanya milik satu agama dan golongan.
Kita harapkan setelah jadi Kapolri Listyo Sigit Prabowo tetap merawat sikap sederhana dan ramahnya.
Kehadiran Lestyo Sigit di puncuk Bhayangkara sudah disambut meriah di IndonesiaTimur – daerah yang masih sering bergolak – bahkan sebelum terpilih.
“Kami di Papua tentu menyambut gembira sekaligus mengapresiasi keputusan Presiden Jokowi yang telah memilih Komjen Listyo Sigit Prabowo sebagai calon tunggal Kapolri yang baru,” kata John Rettob, Bupati
Omaleng – Papua. Para tokoh di Papua pun berharap, setelah menjabat menjadi Kapolri
Listyo Sigit Prabowo akan memberikan warna baru dalam institusi Polri, terutama berkaitan dengan penanganan berbagai permasalahan di bumi Cenderawasih yang selama ini selalu bergejolak.
Survei RIDMA Foundation: Masyarakat Nilai Program Presisi Kapolri Menjanjikan
Masyarakat menilai program “Polri Presisi” yang digagas oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Komjen Listyo Sigit Prabowo, pada saat fit and proper test di komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dinilai tepat dan menjanjikan.
Program Polri Presisi yang berarti konsep kepolisian yang prediktif, responsibiltas, dan transparan berkeadilan dianggap sebagai konsep yang relevan dan bagus menghadapi tantangan yang dihadapi oleh kepolisian mendatang.
Masyarakat juga menilai sosok Komjen Listyo Sigit Prabowo sebagai sosok yang tepat menggantikan Kapolri Jenderal Idham Aziz yang sudah memasuki masa pensiun Februari mendatang.
Demikian kesimpulan hasil survei Ridma Foundation yang dirilis kepada media, Senin (25/01/2021).
Survei RIDMA Foundation digelar pada 21-23 Januari 2021, sehari setelah fit and proper test digelar di DPR RI.
Survei opini masyarakat ini melibatkan 1.200 responden yang tersebar di berbagai kota di Indonesia yang dilakukan melalui wawancara telephon.
Survei dilakukan dengan stratified random sampling diklaim memiliki derajat kepercayaan 95% dengan margin of error 2,7%.
Dalam rilisnya, Direktur RIDMA Foundation, SS Budi Rahardjo, menjelaskan bahwa survei dilakukan untuk mengetahui dan mengukur tingkat akseptabilitas calon Tunggal Kapolri di mata masyarakat.
Sekaligus untuk mengetahui respon masyarakat terhadap program atau gagasan yang dibawa oleh Komjen Listyo Sigit Prabowo yang menjadi calon tunggal Kapolri oleh Presiden Joko Widodo.
Budi Jojo menerangkan bahwa pergantian Kapolri yang menjadi tema utama survei lembaganya dianggap menjadi momentum penting.
Untuk mereformasi lembaga kepolisian secara lebih sistematis dan terencana mengingat banyaknya pekerjaan rumah kepolisian dan masa jabatan Komjen Sigit yang relatif panjang hingga empat sampai lima tahun mendatang.
“Pergantian Kapolri jadi momen yang sangat penting karena banyak hal yang harus dilakukan oleh kepolisian dan masa jabatan Jenderal Sigit memungkinkan untuk melakukan banyak hal,” ujar SS Budi Raharjo, yang juga Ketua Asosiasi Media Digital Indonesia.
Lebih lanjut Budi menjelaskan masyarakat menaruh harapan yang besar terhadap Jenderal Sigit yang dianggap mampu menyelesaikan semua persoalan yang dihadapi oleh kepolisian.
Sebesar 92% masyarakat menganggap sosok Jenderal Sigit sangat mampu menyelesaikan persoalan keamanan dan ketertiban nasional yang menjadi tugas utama kepolisian.
Hanya 5 % yang ragu, 2% yang menilai tidak mampu, dan 1% tidak menjawab atau tidak tahu.
“Komjen Sigit dinilai mampu dan cakap menjadi Kapolri yang dapat menyelesaikan persoalan yang menjadi tugas utama kepolisian,” tutur Budi yang juga wartawan senior dan aktivis anti narkoba ini.
Terkait agama yang dianut oleh calon Kapolri, menurut survei RIDMA Foundation, masyarakat sama sekali tidak mempersoalkan agama sebagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan calon Kaporli.
Mayoritas masyarakat (93%) menganggap beragama Islam sebagai agama mayoritas masyarakat Indonesia bukan faktor yang dianggap penting dalam pemilihan Kapolri.
Masyarakat juga menilai kriteria yang penting dan harus menjadi pertimbangan utama adalah kecakapan (80%), rekam jejak (97%), dan profesionalitas (90%).
“Masyarakat Indonesia membuktikan dirinya memiliki sikap yang terbuka dan pluralis,” demikian hasil riset.
Buktinya masyarakat tidak mempersoalkan agama yang dianut oleh Kapolri yang berbeda dengan agama mayoritas.
“Ini kemajuan dan catatan penting survei ini,” tegas Budi.
Survei RIDMA Foundtaion ini juga menemukan beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh kepolisian yang dianggap penting dan mendesak oleh Kapolri baru.
Kriminalitas yang meningkat belakangan paska pendemik covid19 menjadi persoalan terbesar (87%) menurut masyarakat, disusul narkoba (86%), terorisme dan ektrimisme (84%), korupsi (80%).
Dalam penutupnya, Budi Raharjo mengatakan masyarakat menaruh harapan besar sosok Kapolri baru mampu bertindak adil dalam menegakan hukum kepada masyarakat.
Masyarakat menilai sangat positif terhadap sikap Komjen Sigit yang akan menaruh kesetaraan hukum untuk semua sebagai sikap yang harus diapresiasi.
Pernyataan sikap Jenderal Sigit yang akan memberlakukan hukum sama tajam ke atas dan ke bawah sebagai sikap ksatria yang dibutuhkan saat ini.