beritaenam.com, Pyongyang – Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un mengirimkan ‘pesan perdamaian’ untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di tengah perundingan nuklir yang mandek. Hal ini mencuat setelah laporan menyebut Kim Jong-Un mengirim pesan hangat kepada Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-In.
Dilaporkan oleh surat kabar Korsel Chosun Ilbo seperti dilansir Reuters, Senin (31/12/2018), bahwa pesan dari Kim Jong-Un untuk Trump yang disebut ‘mirip surat’ itu dikirimkan pada Jumat (28/12) waktu setempat melalui saluran yang tidak disebut lebih lanjut.
Dalam laporannya, Chosun Ilbo mengutip seorang sumber diplomatik setempat. Laporan itu tidak menjelaskan lebih lanjut soal isi pesan Kim Jong-Un untuk Trump. Hanya disebut bahwa pesan itu berkaitan dengan perundingan antara AS dengan Korut.
Belum ada tanggapan dari Departemen Luar Negeri AS maupun Kedutaan Besar AS di Seoul soal laporan pesan Kim Jong-Un untuk Trump ini.
Pada Minggu (30/12) waktu setempat, kantor Presiden Korsel mengungkapkan bahwa Kim Jong-Un mengirim surat kepada Presiden Moon yang isinya mengutarakan niat untuk menggelar pertemuan puncak antara kedua Korea di tahun 2019 mendatang demi mencapai denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Laporan Chosun Ilbo menyebut bahwa dalam surat untuk Presiden Moon, Kim Jong-Un menyatakan dirinya akan datang ke Seoul ‘dalam waktu dekat di masa mendatang’ setelah menyampaikan pidato Tahun Baru pada Selasa (1/1) besok.
Pidato Tahun Baru dari Kim Jong-Un menjadi penampilan langka dari pemimpin muda Korut itu. Pidato itu biasanya dipantau secara saksama oleh negara-negara tetangga Korut karena dipandang bisa memberikan pandangan soal kebijakan domestik dan luar negeri Korut.
Menurut juru bicara Presiden Moon, Kim Jong-Un meminta maaf karena rencana berkunjung ke Seoul tahun ini belum bisa terlaksana.
Kim Jong-Un, sebut juru bicara Presiden Moon, bahwa Kim Jong-Un menegaskan ‘tekad kuat’ untuk mewujudkan kunjungan itu sambil memantau situasi terkini.
Untuk perundingan antara AS dan Korut, diketahui bahwa perkembangannya cenderung lamban sebelum akhirnya mandek.
Janji denuklirisasi yang diungkapkan Kim Jong-Un dalam pertemuan puncak dengan Trump di Singapura pada Juni lalu, belum juga terwujud.
Namun beberapa waktu terakhir, media nasional Korut memuji Trump atas ‘kesediaannya’ melanjutkan perundingan, namun mengecam Departemen Luar Negeri AS yang memperketat sanksi untuk Korut.