Label pakaian Levi’s berkolaborasi dengan Bitmoji, membuat para pengguna Snapchat dan Bitmoji bisa tampil lebih modis di dunia digital lewat avatar pribadi yang bisa didandani dengan tampilan dari ragam koleksi brand pakaian jeans ini.
Sebanyak 12 pakaian Levi’s yang sudah dikurasi bisa dipilih pengguna Bitmoji, termasuk 501 Original Fit Jeans, Trucker Jackets dan Western Shirts dalam beberapa washes.
Setiap pengguna bisa tampil persis dengan avatar Bitmoji karena koleksi yang ada di dunia maya ini juga bisa dibeli di situs resmi brand tersebut.
“Dengan semakin banyaknya orang yang menjalani kehidupan secara online, penting bagi merek untuk menemukan cara otentik agar tetap eksis di dunia digital,” kata John Imah, Snap’s Head of Games and Entertainment Partnerships dalam keterangan resmi, Sabtu
“Merek fashion terkemuka seperti Levi’s telah merangkul Bitmoji dan kemampuannya untuk menjalin relasi dengan konsumen di ruang digital tempat mereka tinggal. Kami senang menyatukan avatar yang paling dicintai di dunia dengan salah satu merek denim pilihan dunia dalam hal kolaborasi yang menarik ini. ”
Merek terkemuka di industri seperti Levi’s telah memanfaatkan Bitmoji yang tak tertandingi dalam menjangkau Gen Z untuk terhubung dengan konsumen generasi sekarang melalui internet dengan cara yang dipersonalisasi.
Bitmoji sebelumnya sudah punya relasi di dunia mode, dengan kolaborasi baru-baru ini termasuk dengan Jordan Brand dan Ralph Lauren.
“Nenek suamiku, sekarang berusia 101 tahun, menggambarkan bagaimana wanita barat yang berpikiran terbuka memeluk celana jins Lady Levi sebebas seperti kemajuan lainnya,” tulis Tracey Panek, Sejarawan, tentang jins pertama yang dikeluarkan Levi’s® untuk perempuan itu.
Levi’s®, kita tahu, lebih dari sekadar sejarah. Merek yang dipatenkan Levi Strauss dan Jacob Davis pada Mei 1873 ini telah menjelma menjadi produk sekaligus simbol budaya masyarakat di belahan bumi mana pun, terutama di Barat. Pada 1960, misal, saat Generasi Bunga sedang mekar-mekarnya, celana jins bootcut dan “celana lonceng” adalah bagian dari gerakan kontra-budaya di Amerika.
“Itu adalah era yang menantang status quo melalui segala cara, termasuk mode. Maka lahirlah denim yang dipersonalisasi, dirayakan karena kelimannya yang belum selesai, tambal sulam, dan sulamannya berwarna cerah,” demikian bunyi keterangan artikel berjudul Levi’s® History: The It-Jeans Of The 1960s.
Sebelum namanya melambung, Levi Strauss, menurut Doris Simonis dalam Inventors and Inventions (2008:1359), adalah pedagang grosir pakaian, selimut, dan sapu tangan. Situs resmi Levi’s® bahkan menyebut pekerjaan itu dilakoni Levi sejak 1953 atau dua dasawarsa sebelum ia mendapatkan paten dan produknya digemari para pekerja tambang di San Francisco.
Ya, kemunculan Levi’s® memang beririsan dengan kisah Demam Emas yang melanda Amerika sekira 150 tahun ke belakang. Pada Januari 1871, seorang istri dari pekerja tambang meminta Jacob Davis, penjahit asal Nevada, untuk membuat celana yang kuat agar tidak mudah rusak. Jacob pun menjahit celana tahan lama dengan kain tebal. Yang menjadikan celana bikinan Davis unik: bagian kantong itu, selain dijahit benang, juga dipasangi paku keling (rivet) sebagai penguat. Celana itu kemudian dihargai tiga dolar, dan laku keras.
Davis, yang ingin mematenkan temuannya—penggunaan rivet untuk mengikat saku pada celana kerja pria—suatu hari di tahun 1872 menulis surat kepada Levi Strauss, penyuplai kain. Strauss, laki-laki kelahiran Buttenheim, Bavaria (Jerman), 26 Februari 1829, setuju. Bulan Juli tahun itu juga keduanya mengajukan hak paten. US Patent & Trademark Office menyetujui hak paten mereka dengan nomor 139.121 pada 20 Mei 1873. Kelak, tanggal keramat itu kerap diperingati sebagai Levi’s®501 Day.
Merawat Orisinalitas dan Keautentikan
Levi’s®, kini berusia 147 tahun, mempertahankan orisinalitas dan keautentikannya (originality and authenticity) lewat gelaran tahunan Levi’s®501 Day. Tahun ini, pihak Levi’s® meluncurkan, salah satunya, “Golden Ticket” 501-1971 untuk merayakan perubahan “E” besar ke “e” kecil pada Levi’s® Klasik Red Tab yang diproduksi tahun 1971. Dilansir Kompas, jins dengan E kapital merupakan buruan para kolektor hingga sekarang.
“Golden Ticket” 501-1971 terasa spesial sebab jins yang dirilis jumlahnya hanya 501 potong dan lima di antaranya dibuat dengan label Levis menggunakan E kapital.
Di Indonesia, Levi’s®501 Day ditandai dengan peluncuran koleksi eksklusif produk jins yang dilengkapi gambar komikal: 501® Shrink-to-Fit™, serta kolaborasi dengan Wolf Gang, clothing milik Tyler, the Creator, lewat koleksi terbatas Levi’s® X GOLF. Melambangkan kebebasan, Trucker Jacket putih dan jins 501® 93 “dihiasi” ornamen polkadot warna-warni yang ikonis.
Selain meluncurkan berbagai produk dan inovasi baru, Levi’s®501 Day juga lazim digelar dengan menghadirkan para musisi, artis hingga desainer dari seluruh dunia lewat pertunjukan musik, sejarah Levi’s®, sesi percakapan mengenai personalisasi denim dengan penjahit in-house, hingga kolaborasi gaya 501 terbaru.
Beberapa pesohor yang meramaikan gelaran tersebut, antara lain, Mahalia, Ari Lennox, Bob Weir, Haim The Band, G Flip, Swae Lee, Vannes Wu, Raja Kumari, Se So Neon, Leo Mahalo, ZH Comicart, dll. Adapun di Indonesia, selebrasi Levi’s 501 Day tahun ini diisi oleh, salah satunya, Batiga—finalis Levi’s Band Hunt 2017.
Pada masa pandemi ini, pihak Levi’s® tetap menyelenggarakan kegiatan Levi’s®501 Day dengan mendorong para fans agar tetap di rumah. Seluruh kegiatan disiarkan secara terbuka melalui Instagram @Levis.
Semasa hidupnya, Levi Strauss pernah berkata bahwa seorang pakar dapat mengetahui semua jawaban selama pertanyaannya benar. Kiprah Levi’s® hingga saat ini seolah menunjukkan: sebagai jenama terkemuka di bidang fesyen, mereka senantiasa berada di (atau berhadapan dengan) zaman yang tepat.
Kita percaya produk-produk mereka, yang digandrungi orang dari generasi ke generasi, senantiasa terasa kekinian, bukan? Dan tanpa Levi’s®, apalah jadinya potret dunia fesyen hari ini.