beritaenam.com, Kolombo – Jumlah korban meninggal dunia akibat serangan bom di tiga gereja dan empat hotel di SriLanka bersamaan dengan perayaan Paskah terus bertambah.
Data terbaru dari pihak berwenang setempat menunjukkan setidaknya 207 orang meninggal dunia dan 450 orang lainnya terluka, termasuk luka parah.
Sejauh ini setidaknya terjadi delapan ledakan terkoordinasi pada Minggu (21/04). Tiga gereja yang menjadi serangan bom ini berada di Kochchikade, Negombo dan Batticaloa.
Hotel yang diserang adalah Shangri-La, Kingsbury, Cinnamon Grand dan hotel keempat yang semuanya berlokasi di Kolombo.
Gereja St Sebastian di Negombo mengalami rusak parah akibat ledakan bom. Foto-foto yang beredar di media sosial memperlihatkan bagian dalam gereja, yaitu langit-langitnya runtuh dan darah berceceran di bangku.
Setidaknya 67 orang dilaporkan meninggal di gereja tersebut. Juga ada banyak korban tewas dan luka-luka di gereja St Anthony di Kochchikade, salah-satu distrik di Ibu Kota Kolombo.
Di antara mereka yang meninggal dunia di Kolombo, sedikitnya ada sembilan orang warga negara asing, demikian menurut sumber di rumah sakit dalam wawancara dengan BBC.
Sumber rumah sakit di Kota Batticaloa mengatakan setidaknya 27 orang meninggal dunia di gereja di kota yang terletak di wilayah Sri Lanka timur.
Seorang pejabat mengatakan bahwa ledakan di Cinnamon Grand, yang lokasinya berdekatan dengan kediaman resmi Perdana Menteri Sri Lanka, mengakibatkan kerusakan sebuah restoran, yang menewaskan sedikitnya satu orang, lapor AFP.
Menteri Dalam Negeri Mano Ganeshan, di lokasi salah satu ledakan di Ibu Kota Kolombo, menyatakan keterkejutannya atas serangan itu.
Sebuah foto yang beredar di media sosial memperlihatkan kerusakan salah satu gereja, yaitu St Sebastian di Negombo. Terlihat langit-langit gereja itu hancur dan ada ceceran darah di bangku gereja.
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena telah mengeluarkan pernyataan agar masyarakat tetap tenang dan mendukung pihak berwenang dalam menyelidiki kasus ini.
Di Twitter, Menteri Keuangan Mangala Samaraweera mengatakan serangan itu merupakan “upaya terkoordinasi untuk membunuh, kekacauan dan tindakan anarkis” dan mengakibatkan jatuhnya korban “banyak orang tak berdosa”.
Seorang menteri lainnya, Harsha de Silva, menggambarkan “pemandangan mengerikan” di Gereja St Anthony di Kochchikade, dengan mengatakan ia melihat “banyak bagian tubuh berserakan”.
Sejauh ini belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, namun Departemen Pertahanan Sri Lanka mengatakan serangan kemungkinan dilakukan oleh satu kelompok.
Media massa Sri Lanka melaporkan bahwa turis asing kemungkinan termasuk yang menjadi korban ledakan.
Dilansir dari BBC News Indonesia, ada kekhawatiran bahwa ledakan ini tidak terlepas dengan kembalinya anggota kelompok Negara Islam atau ISIS yang menimbulkan ancaman di negara itu.
Sebelumnya ada beberapa insiden kekerasan yang bersifat sporadis di Sri Lanka, yang melibatkan warga umat Buddha Sinhala terkait serangan ke masjid dan bangunan milik umat Muslim di negara itu.
Insiden serangan ini menyebabkan pemerintah Sri Langka sempat memberlakukan situasi darurat pada Maret 2018.
Dilaporkan Gereja Santo Antonius di distrik Kochchikade di Kolombo, Gereja Sebastian di Negombo dan sebuah gereja di Batticaloa di timur negara itu, menjadi sasaran ledakan. Minggu Paskah adalah salah satu perayaan utama dalam kalender umat Kristen.