beritaenam.com, Surabaya – Pulau Madura, diprediksi akan menjadi arena pertempuran sengit perebutan suara antara Capres-Cawapres urut 01, Joko Widodo ( Jokowi)-KH Ma’ruf Amin dengan pasangan urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno.
Merujuk hasil survei Surabaya Suvey Center (SSC) yang dirilis pada 9 Januari 2019 lalu, pasangan Jokowi-Ma’ruf masih kalah telak dengan Prabowo Sandi di wilayah Madura.
Nah, untuk memperkecil kekalahan Jokowi-Ma’ruf di Pulau Garam, bahkan kalau mungkin bisa membalik kemenangan, para kiai muda dan santri terus menggalang kekuatan di Madura.
Seperti deklarasi Himpunan Lora Madura (Hilma) untuk Jokowi-Ma’ruf di Pamekasan pada tanggal 13 Januari 2019 lalu, misalnya yang ternyata juga mendapat support dari Ketua MPW Pemuda Pancasila Jawa Timur, La Nyalla M Mattalitti.
Terlebih, di Pilpres 2019 kali ini, mantan Ketum PSSI itu beralih dukungan, yang pada 2014 silam mendukung Parabowo, kini merapat ke Jokowi dan sempat memastikan kemenangan Capres-Cawapres urut 01 tersebut.
Sehari berikutnya, Senin (14/1) malam, giliran Jaringan Kiai-Santri Nasional (JKSN) yang diinisiasi Gubernur Jawa Timur terpilih, Khofifah Indar Parawansa, juga menggelar deklarasi di Sumenep.
Menurut La Nyalla, dukungan kiai dan santri se-Madura dan JKSN ini akan mencetak sejarah baru untuk Jokowi-Ma’ruf di Pulau Madura.
“Ini tentu sebuah panggilan sejarah dari kalangan pesantren demi keutuhan negara,” tegas La Nyalla di Surabaya, Selasa (15/1).
Dukungan para kiai muda dan santri di Madura, lanjutnya, sebagai bentuk tanggung jawab, serta penghargaan kaum pesantren terhadap sukses Jokowi memimpin Indonesia di periode pertamanya.
“Deklarasi ini sebuah momentum kemenangan kaum santri, khususnya di Madura,” tegas La Nyalla.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur ini juga mengaku optimistis, bahwa dengan modal dukungan para kiai dan santri, Jokowi-Ma’ruf akan membalik situasi di Madura, dan akan mengalahkan Prabowo-Sandi.
“Mari kaum santri kita sambut kemenangan Pak Jokowi dan Kiai Ma’ruf Amin,” ajak La Nyalla bersemangat, seperti dikutip dari merdeka.com
Sekadar informasi, pada Pilpres 2014 lalu, Jokowi yang kala itu berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK) kalah telak dari rivalnya, pasangan Prabowo-Hatta di empat kabupaten yang ada di Madura.
Rinciannya di Sumenep, Prabowo-Hatta menang 332.956 suara (57,57 persen) sedang Jokowi-JK hanya 245.410 suara (42,43 persen). Di Pamekasan, Prabowo-Hatta 378.652 suara (73,69 persen) dan Jokowi-JK 135.178 suara (26,31 persen).
Kemudian di Sampang, Prabowo-Hatta 474.752 suara (74,47 persen), Jokowi-JK 162.785 suara (25,53 persen). Sedangkan di Bangkalan, Prabowo-Hatta 644.608 suara (81,20 persen), Jokowi-JK 149.258 suara (18,80 persen).
Bila ditotal, perolehan suara Prabowo-Hatta se-Madura mencapai 1.830.968 suara, Jokowi-JK 692.631 suara. Berarti Jokowi-JK kalah telak dari Prabowo-Hatta sebesar 1.133.337 suara.
Sementara hasil survei SSC periode 10-20 Desember 2018 yang dirilis tanggal 9 Januari 2019 lalu dengan margin of error mencapai 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen, menunjukkan, bahwa perolehan suara Pilpres 2019 di Madura, diprediksi tidak berubah.
Angka kemenangan untuk Prabowo-Sandi versi SSC, mencapai 53,6 persen. sedangkan Jokowi-Ma’ruf hanya 39,1 persen. Sedangkan 7,3 persen sisanya, merupakan undecided voters.