beritaenam.com, Jakarta – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mencatat ada sembilan partai yang terancam tidak masuk ke parlemen alias tidak memenuhi ambang batas empat persen. PPP, PAN, dan Hanura adalah partai lama yang diprediksi bakal terjungkal karena elektabilitas di tidak sampai empat persen.
LSI melakukan survei elektabilitas partai politik pada bulan Januari 2019. PDI Perjuangan masih memuncaki klasemen sementara dengan suara 23,7 persen. Diikuti Partai Gerindra 14,6 persen, dan posisi ketiga ditempati oleh Partai Golkar dengan elektabilitas 11,3 persen.
” PDIP stabil memimpin dengan selisih sekitar 10 persen dibandingkan partai ranking dua, Gerindra,” kata peneliti LSI Rully Akbar saat konferensi pers di kantornya, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (20/2).
PKB menempati urutan keempat dengan suara 8,2 persen. Kemudian NasDem pada posisi berikutnya di angka 5,4 persen. Lalu, Demokrat di angka 4,5 persen.
Kata Rully, perolehan partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) itu terendah sepanjang pemilu yang diikutinya.
“Demokrat terancam mendapat perolehan suara terendah sejak mengikuti Pemilu,” kata Rully.
PKS bertengger di ujung tanduk ambang batas parlemen. Elektabilitas partai pimpinan Sohibul Iman itu mampu mendapatkan suara 4 persen.
Mengikuti di bawahnya, Perindo memimpin suara di antara partai baru. Perindo mampu meraup suara 3,6 persen. Ini meningkat cukup tajam di mana pada Desember 2018 hanya 1,9 persen.
“Perindo memimpin partai baru dan mulai menanjak,” kata Rully.
Sementara, PPP, PAN, dan Hanura terancam tak masuk parlemen. Ketiganya secara berurutan hanya memperoleh suara 3,5 persen, 1,5 persen, dan 0,5 persen.
Sisanya, di tempati partai-partai baru, yaitu PSI 0,4 persen, partai Garuda 0,3 persen, partai Berkarya 0,1 persen, PBB 0 persen, dan PKPI 0 persen. Sementara, 18,4 persen responden masih belum menentukan.
Survei LSI Denny JA dilakukan pada tanggal 18-25 Januari 2019 dengan 1200 respoden. Survei menggunakan metode multistage random sampling dan dilakukan wawancara tatap muka. Margin of error survei sebesar 2,8 persen.