beritaenam.com, Jakarta – Pengamat tata kota Yayat Supriatna berpandangan justru pemerintah serius ingin memindahkan ibu kota. Apalagi saat ini Jakarta dia anggap sedang ‘sakit’.
“Begini, kalau pemerintah sudah membuat kajian dan presiden sudah memutuskan ini serius. Karena bukan apa-apa, pemerintah pusat itu bekerja di atas kota yang sedang sakit, atau kota yang sedang punya masalah besar,” katanya, Kamis (2/4/2019).
Dia mengatakan, saat ini Jakarta dibebani masalah kemacetan, banjir, hingga masalah lainnya. Untuk itu, dia menganggap pemerintah serius.
Pasalnya akibat masalah yang ada di Jakarta, pemerintah pusat tak bisa fokus memikirkan masalah yang lebih luas.
“Jadi tidak bisa konsentrasi penuh untuk memikirkan lebih luas dari itu,” sebutnya.
Dia memahami lamanya implementasi pemindahan ibu kota ini. Dia menilai memang itu tidak bisa dilaksanakan secara instan.
“Membangun kota itu bukan kayak Bandung Bondowoso dalam semalam, bukan Roro Jonggrang, bukan Sangkuriang, (pemindahan ibu kota) dia butuh 10, 20, 30 tahun,” jelasnya, seperti dikutip dari detik.com
Fadli Zon sebelumnya menilai, rencana memindahkan ibu kota hanya wacana isapan jempol untuk pengalihan isu. Menurutnya, isu pemindahan ibu kota pernah digulirkan namun kemudian reda.
“Itu saya kira wacana isapan jempol saja untuk mengalihkan isu ya. Dulu juga begitu empat tahun, lima tahun yang lalu. Nanti juga reda sendiri,” kata Fadli.
Rizal Ramli ikut berkomentar terkait rencana pemindahan ibu kota. Dia menyebut, saat ini lebih butuh presiden baru.
“Rakyat hari ini tidak perlu ibu kota baru, tapi butuh presiden baru, terima kasih,” ungkap Rizal kepada awak media usai mengikuti peringatan May Day 2019 bersama capres Prabowo Subianto, di Tennis Indoor Senayan Jakarta, Rabu (1/5/2019).