beritaenam.com, Jakarta – Pengamat politik Ray Rangkuti menilai Partai Amanat Nasional (PAN) salah strategi bergabung dengan barisan koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Akibatnya, suara PAN tergerus pada Pemilihan Legislatif 2019 meski masih diprediksi lolos ambang batas parlemen.
Peneliti Lingkar Madani itu mengatakan PAN saat ini cenderung manut dengan gaya politik Amien Rais. Gaya politik yang mendorong PAN masuk ke isu-isu keagamaan untuk menarik elektabilitas tak terjadi.
“Ini salah strategi menurut saya. Ini efek dari terlalu mengikuti gaya Amien Rais kalau mereka masuk ke ceruk pemilih Islam kemudian mengandalkan isu-isu keagamaan,” kata Ray, Kamis, 2 Mei 2019.
Strategi menggali ceruk pemilih muslim hanya menguntungkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS merupakan rekan sesama koalisi pendukung Prabowo yang paling gencar menggunakan isu-isu keagamaan.
“Dua minggu sebelum hari H itu yang paling menentukan yang membuat suara PKS meloncat mereka mampu mengumpulkan ratusan ribu hadirin yang datang ke kampanye terakhir Pak Prabowo di GBK itu mayoritas orang PKS,” jelas Ray.
Dari situ terlihat jelas kristalisasi dan identifikasi pemilih Prabowo. Pemilih Islam moderat yang semula menjadi basis pemilih PAN, justru beralih ke PKS.
“Menurut saya salah strategi cepat masuk ke barisan pemilih muslim kemudian mendorong isu-isu keagamaan lebih melekat pada PKS daripada ke mereka,” ujarnya, seperti dikutip dari medcom.id
PAN masih beruntung. Suara mereka masih terselamatkan dari kalangan pemilih menengah. Pemilih inilah yang tidak teridentifikasi dengan isu-isu keagamaan kubu Prabowo.
“Mereka dapat empat persen itu sudah hebat sebetulnya,” pungkasnya.