Beritaenam.com — Di era digital, jurnalis lebih sering menulis ringkas, news, kadang hanya berita yang tampak. Tapi, bagi saya yang bersentuhan dengan dunia jurnalistik lebih dari 25 tahun, kemampuan menulis features harus terus diasah.
Di saat 1996, ada semacam buku pegangan, yang kita sebagai jurnalis muda “wajib” membaca. Menulis dengan baik, agar membuat pembaca terhibur dan menginspirasi. Kita perlu menulis jujur, jelas, jernih juga jenaka bisa.
Buku ketrampilan menulis, tapi juga jiwa bebas itu diterbitkan Institut Studi Arus Informasi dan Yayasan Alumni Tempo.
Dimulai dari Kata Pengantar, kemudian disingkap pada mulanya features. Hingga mengail dengan lead, teknik penulisan dan pembuatan outline.
Ringkasnya begini.
Feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subjektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan, atau aspek kehidupan.
Tulisan di era digital, banyak yang lempang (straight news). Tapi, buku ini tetap terasa “Kekinian.” Formula klasik, yang mungkin ada sekarang jarang mendapatkannya.
Cara penyajiannya dibuat “kawakan”, enak dibaca dan perlu. Tak terasa menggurui.
Bahwa feature memiliki beberapa unsur, antara lain :
– Kreativitas: Memungkinkan reporter “menciptakan” sebuah cerita
– Subjektivitas: Penulisnya dapat memasukkan emosi dan pikirannya sendiri
– Informatif: Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita
– Menghibur: Feature memberikan variasi terhadap berita-berita rutin
– Awet: Tulisan tidak mudah basi
– Panjang: bisa ditulis sepanjang mungkin selama masih menarik
Modal penting dalam menulis.
Dalam menulis berita yang diutamakan adalah pengaturan fakta-fakta, tapi dalam penulisan feature bisa menggunakan teknik “mengisahkan sebuah cerita”.
Hal-hal yang harus dilakukan penulis feature ialah :
– Akurasi: ceriita khayalan tidak boleh ada dalam feature
– Mengumpulkan informasi dengan tepat
– Memperhatikan Pengejaan dan pemakaian kata
– Pemakaian buku pedoman
– Mengangkap kesalahan dengan membaca ulang naskah itu untuk mengeceknya
Tentang Lead
Lead memiliki dua tujuan utama :
Menarik pembaca untuk mengikuti cerita
Membuat jalan supaya alur cerita lancar
Macam-macam lead :
Lead ringkasan : Menggunakan inti cerita
Lead bercerita : Menggunakan kata-kata yang dapat membawa pembaca menjadi tokoh utama dalam cerita tersebut
Lead deskriptif : Menggunakan kata sifat
Lead kutipan : Menggunakan kutipan dari narasumber
Lead pertanyaan : Menggunakan pertanyaan yang merangsang pembaca untuk mengetahui jawabannya
Lead menuding langsung
Lead penggoda
Lead nyentrik
Lead gabungan
Agar dapat menulis lead dengan baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
Tulis dengan ringkas
tulis alinea dengan ringkas
gunakan kata-kata aktif
gaetlah pembaca pada beberapa kata pertama
Tubuh dan Ekor Tulisan Feature
Dalam piramida terbalik, bahan tulisan (informasi) disusun sedemikian rupa sehingga pembaca memeperoleh bagian terpentingnya segera pada bagian awal tulisan. Piramida terbalik mempunyai dua fungsi :
Memungkinkan editor memotong naskah dari bawah
Memungkinkan diketahui dengan cepat tentang kelayakan berita
Piramida terbalik juga umumnya digunakan oleh feature tetapi perbedaannya dengan straight-news ialah feature memerlukan ending atau penutup tulisan.
Feature memerlukan ending karena :
- Tidak ada alasan untuk terburu-buru
- Ending tidak bisa muncul tiba-tiba karena hasil dari penuturan mengalir di atasnya.
Ada beberapa jenis penutup (ending), di antaranya:
-Penutup ringkas: bersifat ikhtisar
-Penutup penyengat: dapat mengagetkan pembacanya
-Penutup klimaks: digunakan pada cerita yang memiliki kronologis dan bila puncak alur (kklimaks) ini adalah penyelesaian cerita
-Penutup tanpa penyelesaian: menggunakan pertanyaan pokok yang tidak terjawab
Penulisan feature juga harus memperhatikan transisi. Transisi adalah pengikat antar pokok pikiran/ide.
Transisi ini berfungsi untuk:
Memberitahukan pemindahan ke materi lain
Meletakkan materi lain pada perspektifnya
Teknik penulisan
Ada tiga teknik penulisan feature yang pokok, yaitu :
1.Spiral : paragraf selanjutnya nebguraikan lebih terperinci persoalan di paragraf sebelumnya
2.Blok : bahan disajikan dalam alinea-alinea yang terpisah secara lengkap
3.Mengikuti tema : Setiap paragraf menggarisbawahi atau menegaskan lead-nya.
Untuk menarik pembacanya penulis harus menyajikannya dengan :
Menggunakan alinea pendek: memotong paragraf yang kelihatan terlalu panjang
Singkat, sederhana, logis, dan benar tata bahasanya
Empat Senjata
Empat senjata yang harus dipersiapkan seorang wartawan agar mampu menghasilkan tulisan yang menarik.
Pertama adalah Fokus: Dalam menulis cerita, penulis harus mampu menjaga tulisan agar tidak melebar, maka dari itu setiap potong informasi harus menyentuh titik fokus.
Kemudian Deskripsi hingga Anekdot dan Kutipan.
Memilih segi (Angel) yang tepat, pertimbangan yang perlu dilakukan :
-Pakailah imajinasi
-Perhatikan orang yang memiliki pandangan berbeda tentang suatu persoalan
Ada yang perlu diperhatikan dari sebuah peristiwa sehingga bisa diramu menjadi berita :
- Feature berita.
- Feature human interest
Profil pribadi: adalah cerita mendalam tentang seseorang, sebuah cerita yang mampu menangkap inti kepribadiannya.
Untuk memudahkannya, diperlukan:
-Riset
-Deskripsi fisik.
-Penilaian terhadap kecerdasan dan kecakapan subjek
-Latar belakang tentang subjek
-Anekdot dan bahan-bahan gambaran
Agar tetap fokus, hal-hal yang perlu dilakukan:
-Membuat outline (kerangka cerita)
-Memilih awal cerita
-Runtun
-Agar lebih menarik, buatlah boks (kotak khusus yang memberikan data tambahan yang masih berkaitan dengan tulisan).
Harus akurat, karena jurnalisme diantara sekian banyak definisinya merupakan sejarah yang ditulis hari ini.
Kesalahan Anda dalam akurasi, dengan demikian akan menyesatkan sejumlah orang yang menjadikan tulisan Anda sebagai rujukan, karena itulah sering dikatakan, akurasi merupakan mahkota profesionalisme seorang wartawan.
Jangan lalai, karena kesembronoan yang tidak disengaja membuat sebuah kredibilitas.
Usai wawancara, cek lagi speling namanya, umurnya, alamatnya dan nomor teleponnya.
Setelah mengumpulkan informasi, ejalah namanya dan bacakanlah alamat dan nomor teleponnya sehingga sumber berita bisa mengoreksinya.
Nomor telepon tidak ditulis dalam berita, tapi reporter harus mempunyainya untuk mengadakan kontak dengan sumber berita itu. 2. Bila nama, umur dan alamat narasumber Anda dapatkan dari tangan kedua, harap dicek pada buku telepon.
Bila Anda menanyakan umurnya, tanyakan pada sumber berita untuk membetulkannya.
Jika menyangkut materi yang rumit, pastikan dulu bahwa kita mengetahui hal itu. Seorang jurnalis sering menulis tentang suatu istilah teknis, sedangkan ia tak tahu atau tak punya latar belakang sama sekali tentang hal itu.
Misalnya seorang kapten polisi mungkin dengan lancar menerangkan istilah teknis tentang radar, tapi reporter itu harus bisa memberi informasi yang gamblang kepada pembacanya.
Maka, seorang wartawan berpengalaman akan sering menghentikan penjelasan kapten itu untuk mencari terjemahan istilah-istilah teknis tersebut yang mudah diterima awam.
Bila harus membuktikan dengan statistik, jangan juga membuat pembaca jadi pusing.
Kita harus pintar menyajikannya. Tanyakanlah kepada sumber secara cermat untuk meyakinkan kebenaran angka-angka itu. Daya kritis dan pengecekkan yang teliti sering bisa menghindarkan hal itu terjadi.
Pengejaan dan pemakaian kata
Tak banyak reporter yang bisa gampang ingat ejaan memang. Tapi kebanyakan kita tentu bisa membaca kamus. Dan sekadar membalik-balik kamus tentulah bisa dilakukan, bahkan ketika diuber deadline.
Pemakaian buku pedoman
Untuk mempertahankan profesionalisme, surat kabar memerlukan buku pedoman penulisan.
Alasannya, karena pemakaian yang seragam kelihatan lebih professional, keseragaman menghemat waktu. Seorang wartawan yang mempelajari buku pedoman tidak perlu ragu-ragu memilih istilah yang harus dipakainya.
Menangkap kesalahan
Untuk menangkap kesalahan, baik ejaan, gaya, maupun pemakaian kata, memang hanya ada satu cara, yakni membaca dan membaca naskah itu.
- Cara mencari kesalahan dalam naskah Anda, tanpa banyak merugikan kelancaran menulis.
- Jangan mengecek ejaan atau pemakaian kata pada saat menulis cerita.
- Berkali-kali membuka kamus atau buku pedoman di tengah proses menulis akan menghambat kelancaran kreativitas, dan memakan waktu. Tapi, segera setelah cerita selesai, perhatikannlah naskah Anda, kata demi kata.
- Untuk beberapa jenis feature, mungkin Anda perlu bekerja beberapa hari, kemudian mengendapkan cerita itu barang sehari –dua setelah pengecekan sistematis.
- Kemudian, sebelum menyerahkan cerita itu, saringlah lagi kesalahan yang mungkin ada. Dengan pandangan yang segar, kesalahan sering tampak lebih nyata.
Bila Anda menemukan kata yang salah eja atau salah pakai, tulislah. Beberapa reporter menyimpan daftar kata yang membingungkannya, agar ia selalu bisa mengecek mana yang salah dan mana yang benar dengan cepat.
Jika didesak oleh deadline, sementara itu Anda ragu arti sebuah kata yang hendak Anda gunakan, pakai saja sinonim atau atau padanannya. Harap diingat jangan membaca ulang sebuah naskah begitu Anda selesai menuliskannya.
Beri tenggang waktu, katakanlah 15 menit hingga setengah jam, sehingga Anda “berjarak” dengan tulisan yang baru selesai Anda kerjakan.
Tinggalkan sejenak komputer Anda, cari kegiatan lain yang santai. Setelah merasa lebih nayaman barulah kembali ke komputer. Ketika membaca ulang tulisan itu, posisikan diri Anda sebagai pembaca.
Mengail Dengan Lead
Kunci penulisan feature yang baik terletak pada pargraf pertama, yaitu lead. Mencoba menangkap minta pembaca tanpa lead yang baik sama dengan mengail ikan tanpa umpan. Lead untuk feature mempunyai dua tujuan utama.
- Menarik pembaca untuk mengikuti cerita.
- Membuka jalan bagi alur cerita. Beberapa lead diantaranya: Lead ringkasan (summary lead). Lead ini sama dengan yang dipakai dalam penulisan “berita keras”.
Yang ditulis hanya inti ceritanya, kemudian terserah pembaca apakah masih cukup berminat mengikuti kelanjutannya. Lead ringkasan ini sering dipakai bila reporter mempunyai persoalan yang kuat dan menarik, yang akan laku dengan sendirinya.
Karena lead ini sangat gampang ditulis, banyak reporter yang langsung memilihnya bila diuber deadline, atau bila ia bingung untuk mencari lead yang baik. Lead bercerita (Narrative lead).
Lead ini yang digemari penulis fiksi (novel atau cerita pendek), menarik pembaca dan membenamkannya.
Tekniknya adalah menciptakan suasana dan membiarkan pembaca menjadi tokoh utama, entah dengan cara membuat kekosongan yang kemudian secara mental akan diisi oleh pembaca, atau dengan membiarkan pembaca mengidentifikasikan diri di tengah kejadian.
Lead semacam ini sangat efektif untuk cerita petualangan. Lead Deskriptif (Descriptive Lead). Lead deskriptif bisa menciptakan gambaran dalam pikiran pembaca tentang suatu tokoh atau tempat kejadian.
Lead ini cocok untuk berbagai feature dan digemari reporter yang menulis profl pribadi.
Lead Kutipan (Quotation Lead).
Kutipan yang dalam dan ringkas bisa membuat lead menarik, terutama bila yang dikutip orang yang terkenal. Kerugian lead semacam ini adalah bahwa kutipan yang dipilih bisa keluar dari isi cerita, bila tekanan pokok diletakkan kepada kutipan itu saja.
Lead bertanya (question Lead), sering lead ini dipakai oleh wartawan yang tidak berhasil menemukan lead imajinatif.
Jurnalis menggunakan lead ini tahu bahwa ada pembaca yang sudah tahu jawabannya, ada yang belum.
Yang ingin ditimbulkan oleh lead ini ialah rasa ingin tahu pembaca.
Lead Menuding Langsung (Direct Address Lead).
Ciri-ciri lead ini adalah ditemukannya kata “Anda”, yang disisipkan pada paragraf pertama atau di tempat lain.
Lead Menggoda (Teaser Lead).
Lead ini biasanya pendek dan ringan. Umumnya dipakai teka-teki dan biasanya hanya memberikan sedikit, atau sama sekali tidak, tanda-tanda bagaimana cerita selanjutnya. Lead Nyentrik (Freak Lead) Lead ini memikat dan informatif.
Gayanya yang khas dan tak kenal kompromi itu bisa menarik pembaca, hingga ceritanya bisa laku. Lead Kombinasi (combination Lead). Lead kutipan sering dikombinasikan dengan lead Deskriptif.
Menulis Lead
Jangan mengobral kata-kata. Mengobral kata yang tidak perlu mengurangi keefektifan lead.
Tulislah Alinea secara ringkas
Jangan lebih dari empat baris (bukan kalimat) untuk sebuah lead. Alinea yang ringkas akan dengan sendirinya lebih mudah mengundang.
Gunakan kata-kata aktif
Hindari – sedapat mungkin – penggunaan terlalu banyak kata bentukan, terutama kata yang mengandung lebih dari lima suku kata.
Apakah “pyramid terbalik” itu?
Dalam pyramid terbalik” tulisan (informasi) disusun sedemikian rupa sehingga pembaca memperoleh bagian terpentingnya segera pada awal tulisan. Materi disusun sesuai dengan urutan pentingnya: makin kebawah makin kurang penting.
Pyramid terbalik mempunyai dua fungsi. Pertama, memungkinkan editor memotong naskah dari bawah. Karena berita disusun sesuai dengan nilai pentingnya, editor bisa dengan cepat memotong dari belakang sesuai dengan ruang (halaman) yang tersedia.
Kedua, memungkinkan kecepatan mengetahui, apakah berita itu layak dimuat atau tidak, editor cukup membaca lead-nya saja.
Teknik Penulisan
Penulis harus memakai teknik untuk menjaga agar semuanya berada pada tempatnya.
Setiap alinea menguraikan lebih rinci persoalan yang disebut alinea sebelumnya. Bahan cerita disajikan dalam alinea – alinea yang terpisah, secara lengkap. Mengikuti tema. Setiap alinea menggarisbawahi atau menegaskan lead-nya
Dalam menulis, beberapa petunjuk dasar digunakan untuk menyajikan tulisan dalam cara yang paling menarik supaya menawan pembaca.
Alinea pendek. Paragraf atau alinea yang panjang hanya membuat pembaca segan pembaca. Potonglah alinea yang kelihatan terlalu panjang.
Tulisan singkat dan sederhana. Kalimat majemuk yang panjang kadang kala memang benar menurut tata bahasa.
Fokus, dalam menentukan topik cerita.
Jurnalis harus waspada memilih pendekatannya. Yaitu harus cukup sempit sehingga ia bisa mengendalikannya tapi harus longgar buat menampung bahan yang menarik.
Deskriptif, penulisan feature deskriptif yang baik merupakan gabungan beberapa kecakapan: pengumpulan berita reportase, kemampuan observasi yang tinggi, pengetahuan tentang manusia sesuai dengan pengalaman reportase dan kemampuan meramu kata-kata secara ringkas tapi sangat efektif.
Anekdot, yakni cuplikan kejadian yang lucu atau menarik, yang memberikan ke dalam subyek cerita itu dan sekaligus menghibur pembaca.
Kutipan, Kutipan langsung merupakan salah satu alat penulisan yang paling efektif. Pemakaian kutipan – baik dialog maupun monolog – memberikan selingan dan variasi dalam cerita, dan memberikan wawasan tentang si tokoh.
Mencari Ide, Mencari Segi
Memilih Segi (Angle) yang Tepat, ada dua cara yang sering dipakai banyak reporter.
Pakailah imajinasi dan kekuatan pengamatan yang terlatih, untuk melihat hal-hal menarik yang luput dari perhatian orang lain.
Perhatikan orang yang mempunyai pandangan yang berbeda atau unik untuk mengamati suatu persoalan.
Yang “Berita” dan Yang Bukan Berita
Feature berita adalah feature yang terpengaruh unsur waktu, yang berhubungan dengan peristiwa hangat (actual) yang menarik perhatian masyarakat.
Feature human interest tidak punya nilai aktualitas yang ketat. Ia tidak lekang oleh unsur waktu dan tidak memberikan informasi mengenai kepentingan umum yang vital.
Outline
Akibat tidak ada outline adalah penulis atau seorang wartawan tidak dapat fokus dengan apa yang ditulisnya, kacaunya urutan cerita dan terjadi pengulangan yang tak perlu. Dalam membuat tulisan kita harus menentukan bagian awal yang akan kita ceritakan.
Kita harus menguasai bahan dan mempunyai gambaran lebih dulu. Dan kita harus membuat tulisan secara urut. Macam-macam jenis urutan yakni Urutan kronologis, urutan ruang, urutan logis.
Urutan logis ini dibagi menjadi beberapa jenis yakni urutan sebab-akibat, urutan akibat – sebab, Urutan khusus – umum, urutan umum-khusus, urutan pemecahan masalah.
**
Riwayat Singkat Coach (S.S Budi Rahardjo)
Pria ini kerap disebut multi talenta. Kadang oleh banyak pelaku komunikasi, sosok ini disebut “pengrajin media”. Sudah lolos Uji Kompetensi dari Dewan Pers sebagai Wartawan Utama.
Corporate Chief Editor Majalah Eksekutif dan Pemimpin Redaksi Majalah Matra ini juga menangani beberapa in house magazine. Antara lain, Majalah Asiatech, HealthNews (UNODC) dan Sinar BNN (Badan Narkotika Nasional).
Diangkat oleh Ketua BNN Provinsi DKI Jakarta SK Nomer 02/2002 sebagai Kepala sub Bidang Edukasi BNN DKI. Menjadi salah satu penasehat BNN DKI (2001-2002) sebagai Wakil dari LSM Ridma Foundation.
Pria yang mengagumi Kejujuran & Ketaatan kepada Sang Pencipta ini punya prinsip hidup: “Berbuat Baik dan Menjadi Berkat Buat Orang Lain”.
Ternyata, Jojo — panggilan dari coach ini adalah: “Mengajar/Memberi Pelatihan, Menulis Features Itu Mudah”.
Ia juga membantu membuatkan Website ke rekan jurnalis lain, juga belajar bagi yang ingin tahu lebih dalam soal SEO atau keyword.
Media relation hingga membuatkan Release klien dan mendistribusikan ke jaringan jurnalis media digital (agar sesuai misi piar dan menjadi jejak digital yang baik di google).
Memulai karir jurnalistiknya di Grup majalah Tempo, magang di SWA Sembada dan Majalah MATRA sejak 1991.
Penerima Beasiswa dari ISAI (Institut Studi Arus Informasi)-LPDS (Lembaga Pers DrSoetomo), LP3Y (Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerbitan Yogya) dan Ford Foundation khusus Investigative Reporting (1 Oktober 1998-April 1999).
Saat Majalah Tempo dibredel, bersama jurnalis Tempo lain sebagai penulis buku kecil TPF (Tim Pemburu Fakta) berjudul: Adili Geng Soeharto, Mega Pasti Menang, Siapa Dalang Prabowo, Tragedi Semanggi, Puncak Kebiadaban Bangsa (Perkosaan Etnik Tionghoa 13-14 Mei 1998), Tragedi Megawati, Pemerkosaan di Serambi Mekah.
Di periode 1990-2001 menjadi reporter andalan majalah Trend Pria.
Kemudian menjadi Redaktur & Ketua Dewan Karyawan serta Ketua Yayasan Karyawan sebagai Pemegang Saham 20% di Majalah MATRA di Grup Tempo.
Dengan baik lulus penataran P4 bagi Redaktur seluruh Indonesia angkatan ke dua (27 Maret 1997).
Diminta membantu membangun majalah HealthNews oleh Kepala BNN pertama Komjen Ahwil Lutan (2002-2008).
Ayah dua anak ini satu-satunya orang luar RCTI, yang diminta membantu sebagai tim Riset acara Angin Malam (2001) dan melatih host Hughes dalam wawancara di RCTI.
Di Maret 2003 menjadi salah satu penulis buku: “Bukan Puntung Rokok”- Jenderal Soeyono.
Baru saja menjadi penulis buku Laksamana Ade Supandi – KASAL Kedua dari Tanah Pasundan (2018). Juga kerap menjadi penyiar tamu/pewawancara di Radio Ramako setiap Rabu (Juli-Desember 2005).
Januari 2006-2008 diajak Peter F Gontha membantu Program acara TV Magazine (tayang di QTV-TV Swara). Sebagai presenter dan penanggung jawab program acara yang tayang di 14 TV lokal di seluruh Indonesia.
Menjadi wartawan Indonesia pertama meliput Nort Sea Jazz Festival di Belanda, ia juga aktivis dan mendapat Award dari Badan Narkotika Nasional sebagai anugerah “Sahabat BNN” karena langkah-langkah kepeduliannya.
Alumnus S2 di STIE Bisnis Indonesia, menjadi CEO PT Alberta Media untuk majalah Eksekutif. Mendirikan majalah MATRA di 2005, yang sempat berhenti terbit pada 2004.
Kini menjadi pemilik matranews.id dan eksekutif.id, dengan bendera PT Usaha Konvergensi Media yang menangani pembuatan buku, database dan riset.
Di perusahaan yang konsen di bidang multimedia ini, owner Super TV ini juga menjadi advisor pembuatan iklan serta konsultan media serta menjadi pembicara seminar dan pengajar khusus di bidang media sosial (medsos) serta digital marketing dan startup-digital juga bisnis UKM.