“Pagi hari ini saya mengajak Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) untuk lari pagi” — Presiden Jokowi
Beritaenam.com — Foto dan analisa mengenai Panglima TNI mendatang, yang ditulis S.S Budi Rahardjo seorang pengamat militer dan jurnalis senior membuat banyak orang terkesiap. Berita itu menjadi viral. Di tengah situasi New Normal, pandemi virus Covid-19, kadang kita jadi melupakan hal-hal yang normatif berjalan.
Bahwa sebentar lagi, jika usulan revisi pasal 53 UU nomor 34 tahun 2004, belum disetujui di tahun ini. Maka, pada bulan November tahun 2020 ini, Presiden harus mengajukan nama Panglima TNI kepada DPR, karena Marsekal Hadi memasuki masa pensiun di usia 57 tahun.
Untuk diketahui, Presiden Joko Widodo melalui Menteri Hukum dan HAM telah mengajukan revisi pasal 53 UU nomor 34 tahun 2004.
Usulannya adalah prajurit melaksanakan dinas keprajuritan sampai usia paling tinggi 58 tahun bagi perwira, dan 53 tahun bagi bintara dan tamtama. Ini berarti Hadi Tjahjanto baru akan pensiun atau berusia 58 tahun pada November 2021.
Ramai dibahas, haruskah Panglima TNI dijabat bergantian?
Dilihat dari syarat ketentuan UU, secara otomatis KSAD, KSAL, dan KSAU adalah calon Panglima TNI. Pasal 13 ayat 4 UU TNI menyebutkan: “Jabatan Panglima sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dijabat secara bergantian oleh Perwira Tinggi aktif dari tiap-tiap Angkatan yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan”.
Jika diksi: “Dapat dijabat secara bergantian oleh Perwira Tinggi aktif dari tiap-tiap Angkatan yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan”, maka peluang KSAL Laksamana Yudo Margono paling berpeluang.
Alasannya, panglima saat ini berasal dari TNI AU, sedangkan TNI AL terakhir kali mendapat giliran menjadi Panglima TNI di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yakni Laksamana Agus Suhartono yang menjabat dari tahun 2010 hingga 2013.
Tapi ini bukan jaminan, karena wewenang untuk mengangkat Panglima TNI ada di tangan presiden yang mendapatkan persetujuan DPR. Presiden Joko Widodo pernah memutuskan mengangkat KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo menggantikan Jenderal Moeldoko, yang sama sama dari TNI AD. Padahal saat itu, wacana yang muncul di publik yang jadi panglima berasal dari TNI AU.
Demikian analisa pengamat militer dan saling info yang beredar di grup whatsapps Wartawan ABRI 1990-2000.
Saat keseruan dan tanda tanya terjadi di masyarakat, Presiden Jokowi memberi jeda dan mengajak olahraga para Kepala Staf TNI di Istana Bogor. Momennya di area Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Minggu pagi, 14 Juni 2020.
“Pagi hari ini saya mengajak Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) untuk lari pagi karena kesehatan itu sekarang ini sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan daya tahan tubuh kita agar tetap sehat,” ujarnya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, selepas joging bersama.
Bersamaan dengan itu, Kepala Negara juga menyampaikan pesan kepada TNI untuk tetap membantu dalam rangka mendisiplinkan masyarakat agar taat kepada protokol kesehatan. Disiplin terhadap protokol tersebut amat diperlukan supaya masyarakat dapat tetap produktif namun aman dari penularan Covid-19.
“Terus mendisiplinkan masyarakat agar taat kepada protokol kesehatan yang berkaitan dengan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan orang banyak. Saya kira itu yang terus-menerus harus kita sampaikan pada masyarakat,” kata Presiden.
Presiden sekaligus menyampaikan ucapan terima kasih kepada TNI yang turut berperan baik dalam pendisiplinan masyarakat akan protokol kesehatan maupun bantuan evakuasi masyarakat Indonesia di luar negeri saat awal pandemi.
“Saya kira bulan-bulan Januari dan Februari yang lalu, TNI juga membantu dalam rangka evakuasi masyarakat kita yang ada di Wuhan, Jepang, dan beberapa evakuasi ABK kita untuk kembali ke Tanah Air. Ini yang tadi pagi saya sampaikan,” ucapnya.
Presiden bersama KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa, KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, dan KSAL Laksamana TNI Yudo Margono sekitar pukul 8 pagi tampak berjalan santai mengelilingi Kebun Raya Bogor dengan tetap mengenakan masker dan menjaga jarak aman.
Setelah kurang lebih 30 menit berolahraga pagi, Kepala Negara bersama para Kepala Staf TNI kembali ke Gedung Induk Istana Kepresidenan Bogor untuk berbincang di veranda Istana.
Para Kepala Staf TNI juga menyatakan kesiapannya untuk mendukung upaya pemerintah dalam menjalankan adaptasi kebiasaan baru di tengah masyarakat. Para prajurit TNI secara lebih giat akan turut mendisiplinkan masyarakat untuk menaati protokol kesehatan sehingga tetap produktif sekaligus aman dari Covid-19.
Hal tersebut terungkap dalam keterangan pers Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono, dan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Minggu, 14 Juni 2020.
“Tentunya TNI Angkatan Laut akan tetap membantu percepatan penanganan Covid-19 ini. Sekarang pada tahap untuk pendisiplinan masyarakat tentunya kita juga akan lebih giat lagi, terutama pasukan-pasukan yang di lapangan untuk membantu pemerintah daerah untuk mendisiplinkan masyarakat,” kata Laksamana TNI Yudo Margono.
Hal senada diungkapkan oleh KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo yang menyatakan kesiapan angkatan yang dipimpinnya untuk membantu sejumlah hal terkait penanganan Covid-19. Selain pendisiplinan masyarakat, TNI AU juga mendukung pengiriman peralatan kesehatan ke seluruh penjuru Indonesia.
“Untuk TNI Angkatan Udara kami tetap siap untuk mendukung dan kami seperti contohnya kita melaksanakan pengiriman peralatan-peralatan kesehatan ke seluruh pelosok Tanah Air yang di mana ada pangkalan udara dan bandara. Kami juga tetap melaksanakan operasi-operasi udara karena tetap harus menjaga kedaulatan wilayah negara,” tegas Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.
****
Dilihat dari syarat ketentuan UU, secara otomatis KSAD, KSAL, dan KSAU adalah calon Panglima TNI. Pasal 13 ayat 4 UU TNI menyebutkan: “Jabatan Panglima sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dijabat secara bergantian oleh Perwira Tinggi aktif dari tiap-tiap Angkatan yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan”.
Jika diksi: “Dapat dijabat secara bergantian oleh Perwira Tinggi aktif dari tiap-tiap Angkatan yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan”, maka peluang KSAL Laksamana Yudo Margono paling berpeluang.
Alasannya, panglima saat ini berasal dari TNI AU, sedangkan TNI AL terakhir kali mendapat giliran menjadi Panglima TNI di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yakni Laksamana Agus Suhartono yang menjabat dari tahun 2010 hingga 2013.
Tapi ini bukan jaminan, karena wewenang untuk mengangkat Panglima TNI ada di tangan presiden yang mendapatkan persetujuan DPR. Presiden Joko Widodo pernah memutuskan mengangkat KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo menggantikan Jenderal Moeldoko, yang sama sama dari TNI AD. Padahal saat itu, wacana yang muncul di publik yang jadi panglima berasal dari TNI AU.
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Yudo Margono atau Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Andika Perkasa?
Marsekal Hadi Tjahjanto merupakan leting (AAU 1986). Selama ini, alumni tahun 1986 boleh dikatakan mendominasi jabatan jabatan strategis di TNI.
Hanya di TNI Angkatan Darat, jabatan KSAD tidak dipegang angkatan 1986, tapi langsung beralih dari Jenderal Mulyono (Akmil 1983) kepada Jenderal Andika Perkasa (Akmil 1987).
Untuk TNI AL dan TNI AU, Presiden Joko Widodo telah melantik Laksamana Yudo Margono (AAL 1988) dan Marsekal Fadjar Prasetyo (AAU 1988) menjadi KSAL dan KSAU.
Yudo menggantikan Laksamana Siwi Sukma Adji (AAL 1985), sementara Fadjar menggantikan Marsekal Yuyu Sutisna (AAU 1986). Siwi dan Yuyu akan memasuki masa pensiun, yang berarti untuk TNI AL dan TNI AU, alumni akademi angkatan 1987 sudah terlewati.
KSAD Jenderal Andika Perkasa merupakan kelahiran 21 Desember 1964. Sedangkan KSAL Laksamana Yudo Margono kelahiran 26 November 1965. Dan KSAU, Marsekal Fadjar Prasetyo kelahiran 9 April 1966. Jadi, ketiganya adalah sosok-sosok yang memenuhi syarat.
kutipan tulisan S.S Budi Rahardjo