Surabaya – Polisi sudah menahan lima pelaku pembakaran Mapolsek Tambelangan, Sampang, Madura. Sementara 1 orang masih diperiksa intensif. Kapolda Jatim Irjen Luki Hermawan menyebut kelimanya memiliki peran yang berbeda-beda.
Luki menyebut dalang utama dalam kasus ini merupakan seorang oknum habib yang bernama Habib Abdul Kodir Al Hadad atau Habib Abdul Qodir Al Hadad.
“Hasil penangkapan ada beberapa pengembangan. Dari rumah tersangka kami juga mendapatkan alat-alat komunikasi, dari salah satu tersangka dari inisial AK. Ini oknum habib,” kata kapolda saat rilis di Mapolda Jatim Jalan Ahmad Yani Surabaya, Senin (27/5/2019).
Selain itu, Luki mengatakan oknum Habib Abdul Kodir ini yang merencanakan pembakaran. Tersangka yang merencanakan membuat bom molotov, membuat sumbu, membawa massa sebanyak dua pick up atau 70-an orang hingga memberi komando pada massa untuk melempari mapolsek dengan bom molotov dan batu.
Tak hanya itu, Habib Abdul Kodir ini juga ikut melempari mobil dinas di Mapolsek Tambelangan. Dia juga menyuruh massa untuk membeli bensin sebanyak dua liter yang digunakan dalam pembakaran.
“Ini aktor intelektualnya adalah habib AK. Dia yang merencanakan, dia menyiapkan segala macam. Ada inisial H. Lainnya inisial S, H, dan A,” lanjut Luki.
Selain itu, Luki mengatakan ada pelaku lain yang memiliki tugas masing-masing. Keempat pelaku lainnya ada Hadi, Supandi, Hasan, dan Ali.
Misalnya saja Hasan yang bertugas menghalangi mobil pemadam kebakaran yang datang untuk memadamkan api. Sementara Hadi, Supandi dan Ali ikut dalam melempari Mapolsek Tambelangan dengan batu.
Melansir detik.com, Sementara itu, lima dari enam tersangka ini akan dijerat pasal berlapis, sedang satu orang pelaku masih didalami terkait apa tugasnya.
Mapolsek Tambelangan, Sampang, Madura dibakar sejumlah massa. Pembakaran terjadi, Rabu (22/5/2019) sekitar pukul 22.00 WIB. Pembakaran berawal dari adanya sekelompok massa yang datang secara tiba-tiba ke Mapolsek Tambelangan.
Massa selanjutnya melempari mapolsek dengan menggunakan batu. Polisi berupaya memberikan pengertian dan melarang mereka berbuat anarkis, namun tidak diindahkan.
Dalam hitungan menit, jumlah massa semakin banyak dan semakin beringas, hingga akhirnya terjadi pembakaran dengan melempar bom molotov.