Beritaenam.com, Jakarta – Prabowo Subianto menyinggung soal elite bangsa Indonesia yang rai gedhek (tak tahu malu). PDIP pun menyinggung elite yang dimaksud capres nomor urut 02 itu tumbuh subuh di era Presiden RI ke-2 Soeharto, mantan mertua Prabowo.
“Sejujurnya, sebelum era reformasi tiba, kritik seperti itu justru kami serukan kepada para elite di seputar Soeharto yang rajin membiakkan KKN,” ungkap Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno lewat pesan singkat, Kamis (29/11/2018).
Menurut Hendrawan, saat itu PDIP berharap kepada Presiden Soeharto sebagai mandataris MPR mengambil langkah-langkah tegas dalam pemberantasan KKN. Mengingat atas mandataris itu, Soeharto memiliki kekuasaan otoriter dan hegemonik.
“Bukan malah sebaliknya, sibuk melembagakan kepura-puraan dan menjadikan kemampuan berpura-pura, bersandiwara dan basa-basi sebagai standar perilaku politik dan sosial,” ucap Hendrawan.
Dia menyebut kini kecaman yang sama datang lagi. Sayangnya, kecaman tersebut, kata Hendrawan, datang dari elite yang dikritik PDIP saat era Orde Baru.
“Ironisnya disuarakan oleh elite yang dibesarkan di zaman ‘old’. Baca Tap MPR No.XI/1998 bagian menimbang. Di situ nurani kita menuntut rehabilitasi seluruh aspek kehidupan nasional yang rusak karena praktik-praktik penyelenggaraan negara yang penuh KKN,” ucap anggota DPR itu.
“Elite-elite politik yang dikatakan Prabowo itu justru kelompok-kelompok yang hidup subur pada era Soeharto,” imbuh Hendrawan.
Sementara itu, Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari meminta Prabowo memperbaiki diri sendiri sebelum memberikan komentar menjatuhkan. Kepada pasangan Sandiaga Uno itu, dia juga memberikan pesan.
“Ada istilah lucu di Jawa: nek galak ojo cluthak, nek cluthak ojo galak (kalau rakus jangan galak, kalau galak jangan rakus). Bagusnya memang ngomong program-program aja supaya tidak mempermalukan diri sendiri,” sebut Eva secara terpisah.
Baca juga: PAN Sebut PPP Partai Penista Agama, Achmad Baidowi: PAN Lahirkan Kader Koruptor
Dia mengingatkan soal posisi Prabowo dan pasangannya, Sandiaga Uno, yang juga elite nasional. Dari kekayaan saja, Eva membandingkan Prabowo-Sandi jauh berada di atas pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
“Yang kaya siapa? Yang punya masalah hukum siapa? Tapi kok nyapres dan nyawapres? Jadi menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Yang rai gedhek Pak PS (Prabowo Subianto) sendiri, sehingga melihat orang seperti dirinya. Bagusnya disebut langsung aja nama,” sebutnya.
“Capres-cawapres 01 bersih, ngomong program dan tidak nyerang-nyerang personal,” tambah Eva.
Sebelumnya diberitakan, Prabowo berorasi di hadapan ribuan warga Muhammadiyah DIY di Hotel Prima, Jalan Magelang, Km 11, Sleman, Rabu (28/11).
Ia berbicara soal rakyat yang sedang sangat tidak suka kepada pemimpin-pemimpin yang terlibat korupsi, tapi kemudian dia menyinggung soal elite yang tidak tahu malu.
“Mereka tahu elite di Jakarta itu pinter tapi juga suka minterin, pinter… pinter mlintir, pinter… pinter nyolong. Untuk nyolong itu harus pinter dan nekat, dan mukanya tebal, apa istilah orang Jawa? (Prabowo bertanya ke hadirin lalu serempak dijawab: ‘rai gedhek’. Lalu Prabowo melanjutkan orasi). Rai gedhek,” kata Prabowo.
“Saya lihat elite-elite di Jakarta itu rai gedhek bener, mukanya itu lho, seolah-olah ndak berdosa. Padahal rakyat nggak bodoh, rakyat tahu,” lanjutnya.
Sumber: detik.com