beritaenam.com, Kudus – Massa yang terdiri dari para santri se-Kabupaten Kudus turun ke jalan mendoakan kiai sebagai bentuk protes atas puisi Fadli Zon ‘Doa yang Tertukar, di Alun-alun Kudus. Alun-alun dari depan Masjid Agung hingga pendapa ditutup.
Massa yang tergabung dalam Aliansi Santri Membela Kiai (Asmak) menyeruak ke dalam barisan yang disiapkan di depan pendapa Pemkab Kudus sejak siang bakda Salat Jumat. Hingga pukul 14.30 WIB, puluhan santri yang masih berdatangan, Jumat (8/2/2019).
Acara dimulai sekitar pukul 14.00 WIB. Santri putra berpakaian baju putih, sarung, dan berpeci. Santri putri mengenakan baju muslim warna putih. Mereka duduk lesehan di atas jalan aspal.
Sejumlah tulisan bernada memprotes Fadli Zon dibawa santri. Seperti Mencela Ulama adalah Dosa Besar, Searc Etika & Adab, Penjarakan Fadli Zon, Kami Bersama Kyai, Doa Santri untuk Kiyai dan lainnya.
Aksi diisi dengan zikir bersama. Mereka hanyut dalam lantunan zikir dan selawat yang dipimpin Solikhul Hadi.
“Aksi ini diikuti 2.000 santri dari 15 pondok pesantren se-Kudus dan alumni santri,” kata Muhammad Sa’roni, koordinator aksi kepada wartawan di sela-sela kegiatan, seperti dikutip dari detik.com
Aksi ini berisikan zikir, tausiah, selawat dan doa untuk kiai. Menurutnya, kegiatan ini dilatarbelakangi oleh sejumlah oknum elite politik yang menyudutkan kiai seperti KH Ma’ruf Amin, KH Yahya Cholil Tsaquf, Tuan Guru Bajang hingga KH Maemun Zubair.
“Hentikan sikap mencela kiai. Fadli Zon minta maaf dan bertaubat,” kata Sa’roni.
Sebelumnya, Fadli Zon membuat puisi berjudul ‘Doa yang Ditukar’ untuk menanggapi momen Mbah Moen yang salah ucap doa saat duduk di samping Jokowi menjadi perbincangan.
Sejumlah pihak lantas mempertanyakan sosok ‘kau’ dalam puisi Fadli itu dan menganggap sosok ‘kau’ yang dimaksud adalah Mbah Moen.
Berikut puisi Fadli Zon:
DOA YANG DITUKAR
doa sakral
seenaknya kau begal
disulam tambal
tak punya moral
agama diobral
doa sakral
kenapa kau tukar
direvisi sang bandar
dibisiki kacung makelar
skenario berantakan bubar
pertunjukan dagelan vulgar
doa yang ditukar
bukan doa otentik
produk rezim intrik
penuh cara-cara licik
kau penguasa tengik