Beritaenam.com, Surabaya – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyesalkan video anak sekolah berseragam pramuka berteriak ganti presiden yang viral. Risma tak ingin anak dilibatkan dalam politik.
“Saya berharap tidak terjadi di Surabaya. Saya harap tidak ada satu pihak untuk turun dan mengajak anak di politik praktis. Biarkan anak anak konsen unuk masa depannya,” kata Risma usai menerima kunjungan Wakil Bupati Semarang di ruang sidang Wali Kota di Balai Kota Surabaya, Selasa (16/10/2018).
Risma menjelaskan alasannya agar anak anak tidak dilibatkan dalam politik praktis karena tantangan persaingan global yang semakin dekat.
“Saya persiapkan semuanya karena persaingan global dunia 2020 akan terbuka. Kalau anak-anak kita kalah, kita akan dijajah kembali. Penjajahan itu bidang ekonomi, anak anak jangan sampai terjajah dan harus keluar dan menjadi tuan dan nyonya sendiri minimal di kotanya,” ungkap Risma.
Risma pun kembali meminta kepada semua pihak agar tidak mengajak dan memasukkan anak-anak dalam politik praktis.
“Saya mohon dengan hormat para politikus termasuk saya tidak melibatkan anak-anak di dalam politik praktis. Biarkan mereka konsentrasi untuk masa depan agar tidak menjadi bangsa yang kalah, saya ingin anak anak saya jadi pemenang dan sejajar dengan anak anak di dunia dan apa bisa, saya sampaikan itu bisa. Tidak ada yang tidak mungkin,” tegas dia, seperti dikutip dari detik.com
Sebuah video beredar di media sosial soal sekumpulan anak sekolah yang mengenakan seragam pramuka berteriak-teriak ‘ganti presiden’. Mereka berada di sebuah pelataran gedung, yang belum diketahui lokasinya.
Dalam video itu terlihat beberapa orang dewasa. Salah satunya memimpin untuk memberikan aba-aba. Awalnya ia meminta anak-anak ini meneriakkan takbir ke hadapan kamera. Kemudian pria tersebut mulai meneriakkan soal ‘2019 ganti presiden’.
“2019…,” teriak pria itu memberi aba-aba.
“Ganti presiden,” balas anak-anak yang memakai baju pramuka dengan semangat.
Yel-yel dilakukan beberapa kali. Mereka cukup lantang meneriakkan ‘2019 ganti presiden’. Anak-anak tersebut diperkirakan sebagai siswa SD dan SMP.