Beritaenam.com, Jakarta – Wakil Presiden, Jusuf Kalla, menilai kebijakan pemerintah soal penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah mulai terlihat.
“Sudah terbukti hari ini lebih rendah dibanding kemarin kan?,” ujar Kalla pada Kamis (6/9/2018) sore, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, seperti dilansir dari Kompas.com.
Menurut Jusuf Kalla, penguatan nilai tukar rupiah ini disebabkan oleh upaya yang dilakukan pemerintah untuk menggenjot mata uang Indonesia itu.
Jusuf Kalla juga menilai, pemerintah relatif mampu menjaga nilai tukar rupiah agar tidak terus terperosok karena ditekan oleh penguatan nilai tukar dollar AS.
“Baguslah ada pengaruh daripada kebijakan pemerintah. Artinya jam-jam ini turun,” jelas Kalla.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan terhadap dolar AS sejak setahun belakangan. Bahkan, rupiah sempat melampaui nilai Rp 15.000 beberapa waktu lalu.
Pemerintah bersama dengan berbagai otoritas terkait, terutama Bank Indonesia (BI) terus memutar otak dan mengeluarkan berbagai jurus untuk menjaga stabilitas fundamental ekonomi dan juga rupiah.
Salah satu di antaranya adalah dengan melakukan intervensi ganda di pasar valuta asing.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menuturkan, hingga Selasa (5/9/2018), BI telah mengeluarkan Rp 11,9 triliun baik di pasar valuta asing maupun membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
“Sejak Kamis, Jumat, Senin, Rabu kita intervensi jumlahmya meningkat. Juga di pasar sekunder koordinasi dengan Kemenkeu (Kementerian Keuangan), pembelian SBN tidak hanya stabilkan pasar SBN tapi juga mendukung stabilitas nilai tukar, agar suhu badan kita turun. Hari Kamis kita beli Rp 3 triliun, Jumat Rp 4,1 triliun, Senin Rp 3 triliun, dan kemarin Rp 1,8 triliun,” jelasnya pada rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (5/9/2018).
Perry Warjiyo menjelaskan, intervensi ganda merupakan salah satu bentuk langkah jangka pendek untuk stabilkan rupiah.
Selain itu, Perry menambahkan, hal terpenting dalam menjaga stabilitas rupiah adalah dengan menyeimbangkan tingkat depresiasi serta volatilitas nilai tukar tersebut.
“Yang paling penting adalah menjaga tingkat depresiasi agar tidak oversoothing sehingga kalau memang terjadi depresiasi tidak mendadak, tetapi secara gradual,” ucapnya.
Perry menyebutkan, hingga saat ini Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mengawal ketat rupiah seperti meningkatkan suku bunga acuan, intervensi ganda di pasar valas, serta menawarkan swap dengam biaya yang lebih murah.
Mengutip bi.go.id, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah, pada Kamis (6/9/2018), berada di posisi Rp 14.891 per dolar AS.
Sedangkan, pada Rabu (5/9/2018) kemarin, nilai tukar rupiah berada di Rp 14.927 per dollar AS.