Beritaenam.com — Suara lantang Adian Napitupulu yang diwakili rekan-rekan Pospera mendesak Presiden Jokowi mencopot Menteri BUMN Erick Thohir sejak beberapa bulan lalu (sesaat) tidak membuahkan hasil.
Faktanya, Presiden Jokowi tetap memertahankan Erick Thohir sebagai menteri BUMN di tengah reshuffle kabinet baru-baru ini.
Bukan tanpa alasan Adian Cs berteriak lantang meminta Erick Thohir segera dicopot. Mulai dari kinerja mayoritas BUMN yang babak belur, persoalan vaksin, hingga banyak persoalan lainnya.
Selama ini publik ‘termakan’ wacana bahwa ‘marahnya’ Adian Cs karena persoalan ‘jatah komisaris’ bagi rekan-rekan eksponen aktivis 98 maupun Pospera yang konon kabarnya tidak diakomodir oleh Erick Thohir.
Kalau persoalan jatah komisaris, itu persoalan sepele bagi rekan-rekan eksponen aktivis 98 maupun Pospera.
Bahkan, permintaan Presiden Jokowi agar Adian duduk mewakili eksponen 98 sebagai salah satu menterinya di kabinet ditolak halus oleh Adian.
Kabar yang beredar bahkan menyebutkan bahwa Presiden Jokowi sempat meminta 3-4 kali kepada Adian agar bersedia menjadi menteri.
Ada banyak persoalan besar lainnya yang kalau dilihat selintas mungkin publik tidak banyak yang memahami kenapa Adian Cs sangat berkonfrontasi dengan Erick Thohir.
Berdasarkan analisa penulis, salah satunya mungkin Adian geram dengan polah oligarki yang kian mengkhawatirkan.
Selama ini oligarki selalu menempel dengan kekuasaan. Kini, perlahan namun pasti, oligarki tidak hanya sekedar menempel, namun ingin juga menjadi penguasa.
Simbol oligarki kebanyakan diwakili oleh para taipan, dan dalam hal ini publik akan paham siapa kemudian yang dimaksud. Bisa jadi Adian menentang masuknya oligarki ke dalam kekuasaan atau istana.
Sejumlah literasi menyebutkan definisi dari oligarki. Misalnya, oligarki adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elite kecil dari masyarakat, baik dibedakan menurut kekayaan, keluarga, atau militer.
Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Yunani untuk ‘sedikit’ dan ‘memerintah’.
Ada juga yang menyebut oligarki adalah sebuah struktur pemerintahan di mana kekuasaan berpusat hanya pada sekelompok orang. Seringkali golongan ini mengendalikan kekuasaan sesuai dengan kepentingan mereka sendiri.
Menurut Aristoteles, oligarki, yang makna literalnya dapat diterjemahkan menjadi ‘kekuasaan oleh segelintir orang,’ merupakan manifestasi pemerintahan yang buruk.
Oleh karena sifatnya yang elitis dan eksklusif, terlebih lagi biasanya beranggotakan kaum kaya, oligarki tidak memerhatikan kebutuhan masyarakat luas dan yang membutuhkan.
Publik selama ini tahu, Adian merupakan loyalis militan pendukung Presiden Jokowi. Adian bisa dikatakan menjadi salah satu ‘tukang pukul’ Presiden Jokowi di dunia perpolitikan sejak 2011 hingga saat ini.
Loyalitas Adian terhadap Presiden Jokowi tidak perlu diragukan lagi. Setiap ada persoalan atau pun masalah yang mendeskreditkan Presiden Jokowi, Adian selalu tampil di depan membela.
Konon, Adian ‘mulai dekat’ dengan Presiden Jokowi sejak 2011, yakni saat Presiden Jokowi masih menjadi wali kota Solo.
Sementara Erick Thohir, terlihat mulai merapat ke Presiden Jokowi di medio 2018.
Karier politik Erick di lingkaran Presiden Jokowi mulai terlihat moncer ketika pada 2018 dia dipercaya menjadi ketua panitia penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang.
Setelah sukses menjadi ketua panitia perhelatan Asian Games, Erick lalu ditunjuk sebagai ketua tim kampanye nasional Jokowi-Ma’ruf Amin.
Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin kini melanggeng nyaris tanpa adanya oposisi. Jika dilihat dari partai politik yang duduk di parlemen, mungkin hanya PKS saja yang bisa dikatakan sebagai ‘partai oposan’.
Barisan oposisi lain yang sangat lantang memprotes segala kebijakan Presiden Jokowi mayoritas diwakili oleh barisan ekstra parlementer, salah satu tokohnya adalah Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab.
Melihat kondisi bangsa saat ini, masyarakat sepertinya perlu barisan ‘oposisi baru’. Adian Napitupulu bisa menjadi figur dari ‘oposisi baru’ tersebut.
Pertentangan antara Adian dengan Erick bisa menjadi pintu masuk bagi jalan oposisi baru tersebut.
Adian saat ini memiliki ‘dua kendaraan’ yang siap digerakkan kapan saja untuk menjadi oposisi baru tersebut, yakni Pospera dan Pena 98.
Jika itu terjadi, maka kerugian besar bagi Presiden Jokowi karena ditinggalkan salah satu pendukung militannya.
Namun, Adian kini memang sudah seharusnya mengambil garis embarkasi tegas. Sebagian publik rindu akan sikap kritis Adian terhadap siapa pun rezim yang berkuasa.
Seperti ‘kata Adian, “Musuh kita bukan suku dan agama yang berbeda tapi kekuasaan yang menindas.”
Adian pun pernah berkomentar, “Hidup kadang membawa kita seperti lilin, yang rela luluh dan hilang untuk memberikan cahaya bagi orang banyak.”
Langkah menjadi oposisi baru di pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin bila diambil oleh Adian akan menjadi catatan sejarah baru. Pro dan kontra pasti terjadi.
Bila Adian menjadi oposisi baru bagi Presiden Jokowi, maka adagium tidak ada kawan dan lawan abadi di dalam politik kembali terjadi.
Sebelumnya, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno yang ‘menjadi lawan’ politik Presiden Jokowi kini telah menjadi ‘teman politik’ dengan masuknya mereka ke dalam kabinet.