Beritaenam.com
  • Kawula Muda
  • Catatan Agi
  • Viral
  • Seks
  • Jabar
    • Bandung Raya
No Result
View All Result
  • Kawula Muda
  • Catatan Agi
  • Viral
  • Seks
  • Jabar
    • Bandung Raya
No Result
View All Result
Beritaenam.com
No Result
View All Result
Home Nasional

Sosialisasikan Kartu Sakti, Dedi Mulyadi: Penyerang Jokowi Kebingungan Melihat Celah Kelemahan Petahana

admin by admin
04/03/2019
in Nasional
0
Sosialisasikan Kartu Sakti, Dedi Mulyadi: Penyerang Jokowi Kebingungan Melihat Celah Kelemahan Petahana

Dedi Mulyadi.

7
SHARES
103
VIEWS

beritaenam.com, – Kubu pendukung pasangan Joko Widodo-Maruf Amin ikut bergerak menyosialisasikan tiga ‘kartu sakti’. Kubu lawan diminta untuk tidak berlebihan mengkritik berlebihan mengenai janji yang dicetuskan calon presiden nomor urut 01 itu.

Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Joko Widodo-Maruf Amin Jabar, Dedi Mulyadi memastikan sudah menginstruksikan kepada semua kader dan relawan untuk memasukan konten kartu sakti dalam kampanye kepada masyarakat.

Tiga program tersebut adalah Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, Kartu Sembako Murah, dan Kartu Prakerja. Seluruh infrastruktur partai dan relawan pun sudah dibekali semua informasi tentang kartu tersebut.

Pria yang akrab disapa Demul ini mengatakan bahwa dalam perjalanan satu periode, Jokowi fokus membangun infrastruktur. Di periode kedua, petahana akan lebih berkonsentrasi pada pembangunan sumber daya manusia (SDM).

“Ke depan yang diperlukan adalah peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sumber daya. Nah, sumber daya itu dimulai dengan menyiapkan kerangka pendidikan yang kuat. SMP, SMA kan gratis, KIP Kuliah ini bentuk jaminan pemerintah kepada anak muda untuk kuliah,” katanya, Minggu (3/3).

Meski dalam praktiknya, Demul menginginkan infrastruktur perguruan tinggi lebih merata. Salah satu kuncinya adalah BUMN di bidang infrastruktur diarahkan untuk membangun perguruan tinggi di berbagai daerah secara merata di kabupaten Kota di Indonesia seperti halnya pembangunan tol di periode pertama Joko Widodo.

“Sehingga minimal kota kabupaten yang penduduknya satu juta, ada universitas. Karena kan biaya perguruan tinggi yang mahal itu kan bukan biaya kuliahnya, tetapi biaya kostnya,” ucapnya.

Kemudian, Kartu Sembako Murah itu menurutnya adalah lanjutan dari kemudahan akses beras kepada masyarakat dari pemerintah dengan kualitas premium. Dengan kartu ini, masyarakat bisa mendapatkan subsidi serupa untuk komoditas lain, seperti telur atau daging.

Adapun Kartu Prakerja ia jelaskan bukan diperuntukan bagi sembarang orang yang secara cuma-cuma mendapat gaji. Tapi, kartu ini berlaku bagi mereka yang sudah mengikuti pendidikan ketenegakerjaan di bidang keterampilan memadai, namun masih antre untuk memasuki bursa kerja.

“Saya kan terus ngomong (mengkampanyekan kartu sakti Jokowi). Bisa dilihat kan konten konten saya, bicara di berbagai tempat, forum selalu saya sampaikan itu,” terangnya.

Disinggung mengenai kritik dari pihak yang menyindir mengenai tiga program tersebut, Demul memilih enggan mengambil pusing. Baginya, serangan kepada Jokowi lebih disebabkan kebingungan mereka melihat celah kelemahan petahana.

“Biasa saja (jangan kritik berlebihan). (Program Kartu Sakti) Ini saya lihat negara maju melakukan itu kok,” katanya.

Ia mencontohkan tentang salah satu serangan yang dilancarkan pada Jokowi adalah mengenai harga sejumlah komoditas pangan naik di pasar. Informasi itu merupakan provokasi bersifat hoaks yang dibuat sistemik.

“Kita merasakan lho empat tahun kepemimpinan pak Joko Widodo itu nyaris tidak ada gejolak harga. Kalau misalkan hari raya idul fitri, gejolak harga daging, cabai selama ini terkendali,” tegasnya, seperti dikutip dari merdeka.com

Artinya, kemampuan Jokowi dalam mengendalikan stabilitas harga pangan ia klaim mumpuni dan memberi implikasi kepada ketahanan dan perputaran ekonomi masyarakat.

“Orang yang menyerang Pak Jokowi itu kan enggak punya celah untuk menyerang, sehingga buat hoaks dengan terus menggelorakan harga mahal,” imbuhnya.

“Saya pikir orang ini enggak pernah belanja. Karena enggak pernah belanja, kemudian baru pertama turun ke masyarakat, biasanya euforia. Euforia itu biasanya merasa lebih tahu. Orang yang merasa paling tahu itu biasanya orang yang enggak punya pengalaman,” pungkasnya.

Tags: Dedi MulyadiJokowi-Ma'rufKartu SaktiPilpres 2019TKD Jokowi-Ma'ruf
Previous Post

Usai Kasus Zumi Zola, KPK Periksa Harta Kekayaan 14 Pejabat Jambi

Next Post

Surya Paloh: Pilpres Bukan soal Agama, Tetapi Konsep Bangun Bangsa

admin

admin

Next Post
Surya Paloh: Pilpres Bukan soal Agama, Tetapi Konsep Bangun Bangsa

Surya Paloh: Pilpres Bukan soal Agama, Tetapi Konsep Bangun Bangsa

Beritaenam.com berisi orang-orang profesional. Sudah lulus Uji Kompetensi Dewan Pers. Berintegritas dan berpengalaman di dunia jurnalistik.

  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

© 2022 Beritaenam - PT. Dua Tujuh Delapan

No Result
View All Result
  • Kawula Muda
  • Catatan Agi
  • Viral
  • Seks
  • Jabar
    • Bandung Raya

© 2022 Beritaenam - PT. Dua Tujuh Delapan