beritaenam.com, Jakarta – Lembaga survei asal Australia, Roy Morgan merilis hasil survei terkait elektabilitas dua calon Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Hasilnya, Jokowi disebut bakal kembali terpilih untuk periode kedua pada 17 April 2019.
Berdasarkan hasil survei Roy Morgan, Jokowi mengantongi suara 58 persen pada periode Januari 2019. Berbanding Prabowo 42 persen. Hasil survei itu ditulis Roy Morgan dalam website resminya, www.roymorgan.com, pada 1 Maret 2019 lalu.
“Survei Roy Morgan menunjukkan bahwa Indonesia akan kembali memilih inkumben Jokowi untuk menjabat di periode keduanya sebagai Presiden. Jokowi mendapat dukungan 58 persen dari pemilih pada Januari, atau naik 5 persen dari (raihan suara) pada Pilpres 2014, dan kompetitornya Prabowo hanya mendapat dukungan 42 persen, atau turun 5 persen (dari Pilpres 2014),” kata CEO Roy Morgan, Michele Levine, dikutip dari situsnya, Senin (4/3)
Dari lokasi asal pemilih, Jokowi mendapatkan dukungan kuat dari masyarakat di pedesaan dengan 63,5 persen. Sementara, Prabowo hanya mengantongi 36,5 persen suara. Di wilayah perkotaan, elektabilitas Jokowi dan Prabowo bersaing ketat.
“Berdasarkan lokasi menunjukkan Jokowi memimpin di sebagian besar wilayah Indonesia dan memimpin dengan kuat di pedesaan Indonesia,” ujarnya.
Kemudian dari kategori gender, suara Jokowi ternyata unggul cukup jauh dari Prabowo. Jokowi didukung sekitar 61 persen pemilih perempuan, berbanding Prabowo 39 persen. Di segmen pemilih laki-laki, margin suara Jokowi dan Prabowo tipis. Yakni Jokowi 55 persen dan Prabowo 45 persen.
“Di antara perempuan Jokowi 61 persen jelas disukai untuk Prabowo 39 persen,” ungkap Michele.
Roy Morgan kembali menempatkan Jokowi di atas Prabowo dari kategori usia pemilih. Jokowi menang cukup telak atas Prabowo di semua kelompok usia. Berdasarkan usia 25-34 tahun Jokowi di angka 61,5 persen berbanding Prabowo 38,5 persen, pemilih usia 35-49 tahun, Jokowi 59,5 persen dan Prabowo berbanding 40,5 persen. Pemilih usia 50 tahun ke atas, Jokowi 58,5 persen berbanding Prabowo 41,4 persen.
Sementara, untuk kategori pemilih usia muda (17-24 tahun) perbedaan elektabilitas kedua capres ini tak terlalu jauh. Yakni, 54,5 persen berbanding 45,5 persen.
“Menganalisis dukungan untuk setiap kandidat berdasarkan usia menunjukkan Jokowi dengan keunggulan kuat di antara semua kelompok umur dan daya tarik terberat adalah untuk orang Indonesia paruh baya yang berusia 25-49 tahun,” paparnya.
Roy Morgan melanjutkan, keterpilihan Jokowi juga dipengaruhi apiknya kinerja pemerintah di sektor ekonomi dalam 5 tahun terakhir.
Salah satunya keterlibatan Indonesia menjadi negara ekonomi G20 terbaik kedua di bawah China. Dengan bukti, rata-rata pertumbuhan sekitar 5 persen selama periode pertama Jokowi.
“Kinerja kuat ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir dan kepercayaan luar biasa yang diungkapkan oleh orang Indonesia sehari-hari selama tahun lalu tentu saja merupakan petunjuk kuat bagi keberhasilan kepemimpinan politik Presiden Jokowi menjelang Pemilihan Presiden April,” terang Michele.
Survei terkait Pilpres ini dilakukan pada Januari 2019 dengan sampel 1.039 pemilih berusia 17 tahun ke atas dengan metode wawancara tatap muka di 17 Provinsi.
Margin of error disebut tergantung dari jumlah sampel dan persentase wawancaranya. Misalnya, sampel 1.000 dengan estimasi persentase 5 persen atau 95 persen adalah plus minus 1,3 persen.