beritaenam.com, Jakarta – Tim kampanye Joko Widodo di Jawa Barat percaya bahwa konfigurasi dan kekuatan politik sudah berubah signifikan dibanding Pilpres 2014. Sebaliknya, dari kubu Prabowo tetap optimistis bisa mengalahkan petahana yang dinilai punya kekuatan dan didukung oleh puluhan kepala daerah.
Sekretaris Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Maruf Amin Jabar, Abdy Yuhana menegaskan, semua relawan dan pendukung Capres 01 sudah makin mencengkram Jawa Barat. Ia bahkan mengklaim sudah menguasai hampir seluruh daerah di Jawa Barat.
Menurutnya, semua itu tidak terlepas dari intensitas kunjungan cukup tinggi Joko Widodo ke daerah Jawa Barat, ditambah program yang ditawarkan untuk lima tahun ke depan yang menarik untuk masyarakat.
Sosok Ma’ruf Amin yang didapuk sebagai calon wakil presiden berpengaruh besar untuk meraih suara masyarakat agamis di priangan Timur dan Barat. Faktor lain yang membuatnya optimistis adalah dukungan dari sejumlah tokoh dan 23 Bupati/Walikota di wilayah Jabar.
“Banyak tokoh yang mendukung dengan mengekspresikannya di bebagai macam media, seperti baliho. Ada Prof. Didi Turmudzi dengan Jokowi. Itu makna simbolik dukungan politik. tokoh agama banyak menampakan dukungannya. Pada saatnya akan diumumkan resmi ke publik,” terangnya.
“Pak Jokowi juga kan didukung 23 kepala daerah di Jabar,” sambungnya.
Selain itu, Jokowi juga didukung oleh tokoh Jabar Solihin GP. Abdy tidak menjelaskan rinci berapa hasil elektabilitas yang tertuang dalam survei internal.
“Pilpres 2019 ini ada perubahan konfigurasi politik. Partai yang bergabung (dalam koalisi pendukung Jokowi) semakin mencengkram Jawa Barat,” katanya saat dihubungi, Kamis (14/2).
Meski mengalami tren yang baik dalam elektabilitas, yang menjadi catatan dari kubu ini adalah merebut suara di basis Prabowo yang berada di wilayah perbatasan dengan Ibu Kota, di antaranya Bogor dan Bekasi.
Abdy menilai, kawasan yang disebut masuk sebagai Megapolitan ini perlu mendapat pendekatan yang berbeda, rasional dan lebih konkret. Semisal, dalam sosialisasi maupun kampanye harus memberikan contoh capaian kerja berbasis data.
“Tren (perolehan suara di Jabar untuk Jokowi) semakin baik. Target selanjutnya adalah wilayah perbatasan, seperti Bogor. Masih ada waktu dua bulan bagi kami untuk meninggalkan pasangan nomer 02 (Prabowo-Sandi),” terangnya, seperti dialnsir dari merdeka.com
Seperti diketahui, bahwa dalam Pilpres 2014, Prabowo Subianto yang saat itu berpasangan dengan Hatta Rajasa meraih 59,78 persen dari pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang meraih 40,22 persen.
Angka itu didapatkan dari 23.990.089 pemilih, dengan toral suara sah dari kedua pasangan tersebut ialah 23.697.696. Prabowo-Hatta menang di 22 kabupaten/kota di Jabar.
Sementara itu, Jokowi-JK hanya unggul di empat kabupaten/kota di Jabar, yakni Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon.
Sementara itu, politisi Gerindra sekaligus Wakil Ketua Tim Pemenangan Daerah (BPD) Prabowo- Sandiaga Uno, Bucky Wikagoe mengakui, jika petahana memiliki kekuatan dalam berbagai sektor. Namun, pihaknya dan partai yang tergabung dalam koalisi memiliki sejarah menjungkirbalikan prediksi maupun survei.
Seperti diketahui, dalam survei yang dirilis Indopolling Network periode Januari 2019, Jokowi memperoleh elektabilitas sebesar 41,7 persen. Sementara Prabowo sebesar 37,996. Pemilih yang merahasiakan jawaban dan belum menentukan pilihan (undecided voters) masih sebesar 20,4 persen.
“Kami punya pengalaman mengatasi survei. Tapi kalau berbicara survei internal, suara Prabowo di Jawa Barat itu sudah 61 persen,” katanya saat ditemui di kawasan Jalan Pelajar Pejuang, Kota Bandung.
Menurutnya, upaya Jokowi dan menterinya yang cukup intens datang ke Bandung merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan elektabilitas. Secara tidak langsung, kubu Jokowi sadar bahwa raihan suaranya belum baik.
“Dengan datangnya mereka (kubu Jokowi) ke Jawa barat segencar itu, ada indikasi (menambah elektabilitas). Kita tidak menuduh, tapi kan kita terbiasa berpikir abstrak. Kita baca tanda. Masyarakat juga sudah paham memaknai itu kan,” jelas Bucky.
Dengan demikian, pola sosialisasi yang menyentuh langsung ke masyarakat yang selama ini dilakukan tetap akan dijaga. Saat ini, fokus kubu Prabowo adalah mencari formula menjaga surat suara setelah masa pencoblosan.
“Persoalan pemilu akan muncul di TPS (tempat pemungutan suara). Kami akan mengawal TPS. Relawan, mungkin setiap TPS dijaga lima orang. Hujan mereka enggak boleh beranjak. Kita akan lebih hebat. Apalagi kita dibantu PKS, Demokrat dan PAN,” pungkasnya.