Beritaenam.com, Jakarta – Setelah menggelar Safari Kebangsaan di Jawa Barat, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengaku optimis pasangan Jokowi-KH Ma’ruf Amin menang di Jawa Barat. Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf juga akan menggalang massa di daerah lain.
“Dengan semangat gotong royong kita ingin memperkuat Jabar sebagai salah satu konsentrasi utama dari Pak Jokowi dan Kiai Ma’ruf Amin. Sehingga PDIP bersama dengan partai yang lain kemudian menunjukkan konsistensi hasil rakernas untuk menggarap daerah-daerah yang penting dan strategis seperti Jabar, Banten, Aceh dan sebagainya. Daerah-daerah di mana berdasarkan pemilu 2014 lalu Pak Jokowi daerah ini harus dipompa betul,” jelas Hasto sela-sela acara rangkaian Safari Kebangsaan di Cirebon, Sabtu (17/11/2018).
Hasto juga mengatakan pihaknya sudah menargetkan Jokowi-Ma’ruf Amin meraih 60 persen suara di Bekasi, Karawang, Indramayu dan Cirebon. Selain itu, PDIP juga bergotong royong dengan partai koalisi TKN untuk memenangkan Jokowi-Ma’ruf di Jabar.
“Bahwa pilpres dan pileg ini sebenarnya muatannya adalah kekuatan teritorial. Dengan adanya PDIP, Golkar, PKB, Nasdem, PPP, Hanura, PKPI, Perindo dan PSI yang merupakan perpaduan kekuatan udara dan darat, maka kami meyakini bahwa Jabar akan mengalami perubahan. Terlebih ini masih ada waktu bagi Pak Jokowi untuk mendorong sebuah kebijakan-kebijakan dengan mendengarkan aspirasi rakyat,” kata dia.
“Kami menangkap bagaimana masyarakat Jabar tidak hanya bandara di Kertajati, waduk, kemudian jalan tol dari Ciawi ke Sukabumi. Tetapi juga pembenahan terhadap sungai Citarum, kemudian juga perlindungan daerah-daerah pertanian, perbaikan infrastruktur jalan di desa-desa ini yang kami tangkap untuk menjadi harapan masyarkat dan dapat dijalankan oleh pak Jokowi dalam 5 bulan ke depan,” sambung Hasto.
Namun untuk mengatur lumbung suara yang dimiliki partai koalisi Jokowi-Ma’ruf agar tidak rebutan, TKN mempunyai strateginya. Apalagi koalisi ini solid tidak seperti Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi.
“Kami punya etika politik karena kelebihan KIK (Koalisi Indonesia Kerja) dibanding di sana (koalisi Prabowo-Sandi), kami tidak saling berhimpit. Antara PKB, PPP basisnya berbeda dengan PDIP dan Golkar. Dan dari survei internal kami Golkar, NasDem, kemudian Gerindra dan Demokrat itu justru berhimpit. Dengan demikian ketika Golkar mau naik, Demokrat mau naik, Nasdem mau naik, Gerindra harus turun,” jelas Hasto.
Selain itu, Hasto mengaku memanfaatkan kesalahan yang sering dilakukan Prabowo-Sandiaga untuk meningkatkan suara Jokowi-Ma’ruf. Kesalahan Sandiaga Uno melangkahi makam pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Bisri Syansuri dan ziarah hanya untuk pencitraan di Pilpres.
Sedangkan kesalahan Prabowo yaitu model kampanye yang menakuti rakyat dan kasus hoax Ratna Sarumpaet. Hal itu menujukkan pemimpin yang grasak-grusuk dalam menyikapi suatu masalah.
“Dan dari sisi track record kita melihat Pak Jokowi-Kiai Ma’ruf Amin dari aspek track record-nya jauh mampu hadir sebagai sosok pemimpin untuk rakyat,” tukasnya.
Sumber: detik.com