beritaenam.com, Jakarta – Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Arya Sinulingga, menilai sandiwara yang dilakukan panitia kampanye saat cawapres Sandiaga Uno berkampanye di Yogyakarta mempertegas cara berkampanye pasangan 02.
Menurutnya, aksi salah seorang mahasiswi yang minta menjadi istri kedua Sandiaga terbukti penuh sandiwara. Kampanye, kata Arya, semestinya menjadi ajang pendidikan politik, bukan ajang pembodohan publik.
“Adanya pengakuan jujur dari wanita yang minta dinikahi Sandiaga, semakin mempertegas bahwa paslon 02 mengisi kampanyenya dengan sandiwara,” tegas Arya di Jakarta, 28 Maret 2019.
Menurutnya, kampanye merupakan upaya untuk menarik perhatian dan dukungan masyarakat banyak dengan menyampaikan visi misi.
Apa yang dilakukan kubu paslon 02 berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan tim paslon Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Sejauh ini kami melakukan strategi kampanye pintar, dengan menyampaikan berbagai pencapaian pada masa pemerintahan Jokowi sebagai petahana serta visi dan misi Jokowi-Ma’ruf Amin ke depan,” ujarnya.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Gadjah Mada Nyarwi Ahmad, menilai lamaran mahasiswi cantik Vincetia Tiffani kepada Sandiaga merupakan skenario agar masyarakat merespons.
“Itu gimik politik dalam kampanye. Sepertinya dipakai untuk menarik perhatian publik saja,” ujarnya.
Ia tidak sependapat jika sandiwara itu disebut sebagai kebohongan publik demi meraup suara di pilpres mendatang.
“Apakah hal tersebut etis atau tidak, tergantung standar etika yang mau dipakai. Tetapi sepertinya tidak ada regulasi pemilu yang dilanggar,” terangnya.
Sementara itu, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi membantah tudingan soal sandiwara yang diperankan Tiffani. Menurut BPN, Tiffani murni bercanda tanpa sandiwara saat bertanya kepada Sandiaga.
“Itu gimik Tiffani ingin bercanda saja. Bang Sandi juga enggak tahu-menahu,” kata jubir BPN Andre Rosiade, Rabu, 27 Maret 2019.