Unjuk rasa yang dipimpin anak-anak muda ini menuntut pengunduran diri PM Prayuth Chan-O-Cha.
Sempat vakum saat gelombang kedua wabah virus corona melanda Thailand, demonstrasi bangkit lagi usai penahanan empat pemimpin demo atas tuduhan pencemaran nama baik kerajaan.
Diperkirakan 2.000 orang menyerbu Monumen Kemenangan di persimpangan Bangkok kemarin, yang berdekatan dengan barak militer lokasi PM Prayuth tinggal.
Beberapa demonstran adalah pekerja migran dari negara tetangga, Myanmar, yang juga dilanda demo menentang kudeta milter.
Sementara itu di “Negeri Gajah Putih”, ratusan pedemo menerobos barikade truk dan pagar kawat yang berujung bentrokan dengan polisi antihuru-hara
Polisi menggunakan truk meriam air dan menembakkan gas air mata guna membubarkan massa. Para pedemo berteriak minta air dan garam saat mereka disemprot.
Beberapa orang memakai jas hujan, sedangkan yang lainnya mengangkat tangan ke atas atau membentuk salam tiga jari yang menjadi simbol perlawanan. Polisi lalu menembakkan peluru karet, menurut keterangan jurnalis AFP di lokasi.
“Tidak terlalu sakit,” kata seorang demonstran kepada media Thailand sambil menunjukkan luka merah di lengannya.
Sejumlah pedemo melempar botol, kaca, dan batu bata ke polisi, sedangkan yang lainnya berlindung di pom bensin Shell dekat situ yang tutup lebih awal.
Polisi di Ibu Kota Thailand menggunakan meriam air, gas air mata dan peluru karet pada Sabtu (20/3) malam untuk membubarkan protes pro-demokrasi yang menyerukan pembebasan para aktivis yang ditahan, perubahan konstitusi dan reformasi monarki di negara itu.
Kantor berita Associated Press melaporkan aksi yang diadakan di luar Istana Bangkok itu merupakan kelanjutan dari protes-protes pelajar yang dimulai tahun lalu dan telah mengguncang pemerintahan tradisional Thailand, yang sangat menentang perubahan, terutama terkait monarki.
Penyelenggara protes mengatakan awalnya para demonstran berencana melemparkan pesawat-pesawat kertas bertuliskan pesan-pesan ke arah Istana.
Hampir 1.000 demonstran menembus penghalang yang terbuat dari kontainer kapal di luar Istana.
Polisi di balik kontainer-kontainer itu melepaskan tembakan peringatan, kemudian menembakkan meriam air dan peluru karet. Polisi memukul mundur massa, tapi bentrokan-bentrokan kecil terjadi hingga akhirnya massa bubar pada pukul 22.00 .
Juru bicara polisi Kolonel Kissana Phathanacharoen mengatakan sedikitnya enam polisi terluka dan sekitar lima pengunjuk rasa ditahan. Dinas darurat Erawan mengatakan sebelas orang dibawa ke rumah sakit.
Kissana mengatakan polisi telah memperingatkan sebelumnya bahwa aksi itu ilegal, tapi para demonstran tetap melanjutkan aksi mereka.