beritaenam.com, Jakarta – Jamak diketahui, reformasi terjadi pada tahun 1998. Namun calon wakil presiden Ma’ruf Amin menilai ada dua macam reformasi. Macam yang pertama terjadi pada 1998 dan macam yang kedua terjadi belasan tahun sesudahnya.
Ini dikatakan Ma’ruf untuk menanggapi capres Prabowo Subianto yang mengatakan Indonesia sedang sakit. Menurut Ma’ruf, Indonesia tidak sedang sakit. Penataan di segala bidang sudah berjalan sejak reformasi.
“Saya melihat bahwa reformasi itu dimulai memang sejak ’98 secara struktural. Tapi secara substantif, itu baru terasa sejak Pak Jokowi,” ujar Ma’ruf di Hotel Grand Zuri, Tangerang, Banten, Minggu (7/4/2019).
“2014 itu baru reformasi substantif,” kata Ma’ruf.
Reformasi substantif berwujud penataan-penataan dalam bidang sosial hingga ekonomi. Dalam bidang ekonomi, predikat layak investasi untuk Indonesia berhasil diraih.
Di bidang sosial, bantuan sosial dan jaminan sosial dinilainya baru terasa setelah ada Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), hingga Bantuan Pangan Non Tunai yang diadakan di era pemerintahan Jokowi, capres petahana yang menjadi pasangannya di Pilpres 2019.
“Jadi kalau saya melihat justru terjadi proses perbaikan, sedang menuju recovery, bukan sakit. Justru penyembuhan. Kalau reformasi struktural memang terjadi pada 98, tapi secara subtansial itu baru 2014 terasa sebagai langkah-langkah penyembuhan, malah bukan sakit,” tutur Ma’ruf, seperti dikutip dari detik.com
Diberitakan sebelumnya, dalam kampanye akbarnya di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Prabowo menyebut Indonesia sedang sakit karena kekayaan RI saat ini menurutnya diambil terus. Dia juga mengatakan ibu pertiwi tengah diperkosa.
“Saya berdiri di sini karena saya berpandangan bahwa negara kita sedang sakit, saudara-saudara sekalian. Ibu Pertiwi sedang diperkosa, saudara-saudara sekalian!” kata Prabowo.