Kolombo – Seluruh menteri dan wakil menteri muslim Sri Lanka mengundurkan diri. Pengunduran diri itu dilakukan mereka setelah menuding pemerintah gagal memberi jaminan keamanan kepada warga muslim di negara itu pasca teror bom bunuh diri saat Paskah, 21 April 2019 lalu.
Seperti dilansir media Qatar, Al Jazeera, Seasa (4/5/2019), keputusan itu diambil setelah sejumlah biksu Budha garis keras, termasuk biksu yang dituding penghasut, Galagoda Aththe Gnanasra Thero memberi batas waktu kepada pemerintah untuk memecat gubernur dan menteri dari kalangan muslim.
Ada 9 menteri, beberapa wakil menteri, dan 2 gubernur yang dituding terlibat dalam teror Minggu Paskah yang mengundurkan diri.
Pengunduran diri itu juga dilakukan setelah ribuan orang yang dipimpin oleh para biksu Buddha mulai berdemonstrasi di pusat kota Kandy, 115 km timur ibukota Kolombo.
“Jika portofolio kementerian kami menghalangi, kami bersedia menyerahkannya demi keselamatan komunitas kami,” kata pemimpin partai politik muslim Sri Lanka, Kongres Muslim Sri Lanka, Rauf Hakeem.
Hakeem menambahkan bahwa komunitas muslim membayar mahal karena kejahatan beberapa individu. Bahkan setelah komunitas muslim di Sri Lanka mematuhi pasukan keamanan dan pemerintah tentang berbagai aturan dan peraturan seperti penutupan madrasah.
Kendati demikian, Hakeem mengatakan politikus muslim akan tetap mempertahankan posisi mereka sebagai anggota parlemen. Para mantan menteri itu akan membantu partai di parlemen untuk mendukung kerja pemerintah.
“Kami akan terus mendukung pemerintah ini, tetapi akan memberi mereka tenggang waktu satu bulan untuk menyelesaikan penyelidikan mereka,” katanya.
“Sampai saat itu kita tidak merasa cocok untuk tetap di pemerintahan ini.”