beritaenam.com, Jakarta – Hingga Kamis (23/5) dini hari polisi di Jakarta masih menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa yang rusuh terkait pengumuman hasil pemilu 2019.
Meski secara umum gas air mata tidak membahayakan jiwa, namun tetap ada efek buruk paparan jangka panjangnya untuk kesehatan bahkan bisa sampai menimbulkan kecacatan permanen.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjelaskan bahwa seringnya gas air mata menggunakan bahan seperti chloroacetophenone (CN) atau 2-chlorobenzalmalononitrile (CS).
Umumnya efek senyawa tersebut bertahan sekitar 15-30 menit namun bisa lebih bila dipakai dalam ruang tertutup atau terjadi paparan berulang.
“Kontak yang terlalu lama, terutama di ruang tertutup, dapat berujung pada efek jangka panjang seperti masalah mata termasuk jaringan parut, glaukoma, dan katarak. Mungkin juga dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma,” tulis CDC di situs resminya dan dikutip Kamis (23/5/2019).
Dilansir detik.com, pada beberapa kasus langka CDC menyebut kalau gas air mata sebetulnya bisa juga menyebabkan kematian. Hal ini terjadi akibat kegagalan fungsi organ pernapasan akibat iritasi parah di tenggorokan dan paru-paru.
“Kalau gejala bisa segera reda setelah seseorang dijauhkan dari paparan gas air mata, maka efek jangka panjang terhadap kesehatan tersebut kemungkinan tidak akan terjadi,” lanjut CDC.