beritaenam.com, Jakarta – Pengamat politik Arbi Sanit menilai, jika Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional(PAN) keluar dari kubu capres 02 Prabowo Subianto dan merapat ke kubu petahana Joko Widodo (Jokowi), maka kedua parpol itu melanggar etika dalam berpolitik.
“Gak etis, itu melanggar etika. Kan dia (Demokrat-PAN) sudah termasuk kelompok oposisi, nomor 02, lah tiba-tiba keluar dan masuk ke nomor 01,” kata Arbi, Sabtu (8/6/2019).
Menurutnya, ketika Demokrat dan PAN sejak awal sudah memutuskan untuk mendukung Prabowo, maka kedua partai tersebut seharusnya tetap solid dalam koalisi 02 hingga lima tahun kedepan dan bukan menjadi ‘kutu loncat.’
“Proses pilpres mau selesai atau tidak selesai gak bisa begitu (keluar dari koalisi). Dia sampai 2024 harus nomor 2 terus. Itu etikanya karena dia sudah pilih. Memilih 2019 itu berarti selama 5 tahun yang akan datang posisi politiknya disana, dia gak bisa main kutu loncat,” ujar Arbi.
“Main kutu loncat itu adalah kebiasaan Golkar orde baru karena mau cari selamat. Sekarang mau cari selamat apa? Kan semua bebas. Kecuali nafsu berkuasa mengalahkan etika, rasa malu, mengalahkan kepribadian, mengalahkan kehormatan, kalau begitu bisa saja jadi kutu loncat kapanpun,” tandasnya.