beritaenam.com – Ole Gunnar Solskjaer sudah luar biasa untuk Manchester United. Karena itu, kekalahan dari Arsenal takkan meredupkan sinar sang manajer.
Setelah melewati 12 pertandingan di Liga Inggris tanpa terkalahkan, MU era Solskjaer akhirnya takluk untuk pertama kalinya di Emirates, Minggu (10/3/2019) malam WIB. Setan Merah kalah 0-2.
Secara keseluruhan, ini kekalahan kedua Solskjaer sebagai pelatih MU dari 18 pertandingan yang sudah dipimpinnya.
Yang pertama ia telan di leg pertama babak 16 besar Liga Champions, ketika Paul Pogba dkk kalah 0-2. Itu pun, bisa dibalas MU dengan berbalik menang 3-1 di leg kedua dan maju ke perempatfinal.
Mantan pemain dan rekan Solskjaer di MU, yang kini menjadi pundit, Gary Neville, menilai kekalahan takkan membuat Solskjaer kehilangan peluang menjadi manajer tetap MU. Ia menyebut manajer asal Norwegia itu sudah luar biasa.
“Ole Gunnar Solskjaer terus memperlihatkan hal positif di tiap konferensi pers dan akan mempertahankannya sampai akhir laga,” kata Neville di Sky Sports.
“Dia merujuk pada momen besar di pertandingan ini yang tak sesuai, memahaminya jika itu bisa saja terjadi karena dia sudah punya banyak momen bagus dalam dua atau tiga bulan terakhir, tapi kali ini, satu pertandingan terlalu jauh, keberuntungan mereka menjauh.”
“MU punya segalanya untuk dimainkan. Saya pikir Solskjaer akan tetap mendapat pekerjaan, karena apa yang dilakukan dalam tiga bulan terakhir membuatnya pantas dicoba (permanenkan),” tambah dia.
Neville menambahkan, Solskjaer sosok yang tepat melatih MU karena sudah kenal betul dengan MU, yakni pernah berseragam The Red Devils. Ia juga menegaskan, kekalahan dari Arsenal bukan sesuatu yang memalukan.
“Solskjaer terkoneksi dengan klub. Hasil yang didapatinya luar biasa dan akan selalu ada kekalahan. Tapi, itu bukan kekalahan yang memalukan (melawan Arsenal). Manchester United bisa dengan mudah berimbang atau menang hari ini, mereka hanya gagal di momen-momen besar,” sambung Neville.
“Saya pikir Solskjaer sudah berhasil merespons saat berimbang dengan Burnley atau kalah dari PSG. Responsnya langsung bagus. Satu kekalahan seperti kedipan, dua kekalahan, orang mulai mempertanyakan. Tiga kekalahan ada krisis, dan empat kekalahan, Anda berada dalam masalah. Seperti itulah sepakbola modern,” jelasnya.