Beritaenam.com | Seni kaligrafi, sebuah seni rupa yang memadukan estetika dan nilai spiritual, berkembang dengan berbagai gaya di seluruh dunia. Menurut Ujang Badrussalam, Dewan Hakim Cabang Kaligrafi pada Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional 2024 di Samarinda, terdapat perbedaan mencolok antara seni kaligrafi di Timur Tengah dan Indonesia, terutama dalam pendekatan dan gaya penulisannya.
Kaligrafi di Timur Tengah: Tradisi yang Konservatif
Ujang menjelaskan bahwa kaligrafi di Timur Tengah masih sangat tradisional, mengikuti aturan-aturan yang ketat. “Di Timur Tengah, dalam lomba kaligrafi, mereka umumnya menggunakan model yang baku dan murni,” ujarnya. Gaya kaligrafi di Timur Tengah dipengaruhi oleh sejarah panjang budaya Islam dan Arab, di mana seni kaligrafi dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi. Oleh karena itu, seniman di wilayah ini cenderung mengikuti aturan penulisan yang telah diwariskan selama berabad-abad.
Kaligrafi di Indonesia: Inovasi dalam Variasi
Sementara itu, di Indonesia, seni kaligrafi berkembang lebih bervariasi dan terbuka terhadap inovasi. Ujang menyebutkan bahwa meskipun terdapat kaligrafi yang tetap mengikuti gaya murni, banyak seniman yang mengembangkan variasi dalam bentuk dekorasi kontemporer, bahkan hingga kaligrafi digital. “Kaligrafi di Indonesia mencerminkan pengaruh keragaman budaya dan perkembangan teknologi. Para seniman sering kali menggabungkan elemen tradisional dengan sentuhan modern, seperti penggunaan teknologi digital, sehingga menghasilkan karya yang lebih segar dan inovatif,” tambahnya.
Perbedaan Pendekatan: Tradisi vs Kreativitas
Menurut Ujang, perbedaan pendekatan ini dipengaruhi oleh latar belakang sosial dan budaya masing-masing wilayah. Kaligrafi di Timur Tengah lebih konservatif, sedangkan di Indonesia, seniman lebih bebas dalam mengekspresikan kreativitas mereka. Dalam kompetisi kaligrafi, hal ini juga terlihat. Lomba kaligrafi di Timur Tengah lebih menitikberatkan pada ketepatan penulisan sesuai standar tradisional, sementara di Indonesia, selain keindahan dan ketepatan, inovasi dan kreativitas juga menjadi kriteria penilaian yang penting.
Keseimbangan Antara Tradisi dan Inovasi
Meskipun lebih inovatif, Ujang menekankan bahwa para seniman kaligrafi di Indonesia tetap menghargai tradisi. “Beberapa seniman masih mengikuti gaya murni seperti dalam kaligrafi naskah klasik. Tradisi tetap menjadi bagian penting,” jelasnya. Perbedaan utama antara seni kaligrafi di kedua wilayah ini adalah bagaimana mereka menyeimbangkan antara tradisi dan inovasi. Di Timur Tengah, gaya klasik yang ketat lebih dipertahankan, sementara di Indonesia, seniman memiliki kebebasan untuk bereksplorasi, menciptakan karya baru yang memadukan unsur-unsur modern dan teknologi.
“Mungkin bisa dibilang, di Timur Tengah lebih konservatif, sementara di Indonesia lebih banyak ragam inovasi yang dikembangkan,” tutup Ujang.
MTQ Nasional 2024: Seni Kaligrafi Digital Pertama Kali Dipertandingkan
MTQ Nasional ke-30 yang berlangsung di Kalimantan Timur turut mempertandingkan empat golongan seni kaligrafi, yakni Naskah Al-Qur’an, Mushaf Al-Qur’an, Dekorasi Al-Qur’an, dan Kontemporer Al-Qur’an. Yang menarik, untuk pertama kalinya, MTQ Nasional memperlombakan Seni Kaligrafi Digital dalam bentuk ekshibisi, sebagai wujud adaptasi terhadap perkembangan teknologi dalam dunia seni kaligrafi.