Beritaenam.com — Sebuah rilis diterima dari Ketua IA-ITB Belanda (Raymon Frediansyah). Narahubung ini dengan surat email: iaitbnld@gmail.com | +31615948847. Instagram: @iaitb_nl | Facebook: iaitb NL
Mengenai kegiatan para Alumni ITB yang menerbitkan buku “Satu Abad Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia: Menuju Masa Depan Indonesia”.
Dalam konteks memperingati 100 tahun dimulainya pendidikan tinggi teknik di Indonesia dengan pendirian ITB, Ikatan Alumni (IA-ITB) Belanda.
Acara ini dihadiri lebih dari 80 orang alumni ITB di Belanda dan dibuka oleh Bapak Dr. Ridwan Djamaluddin selaku ketua umum PP IA-ITB.
Buku ini merupakan kompilasi tulisan dari para alumni ITB yang kini berkarya di Belanda mengenai refleksi pengalaman dan pandangan ke depan mengenai peran ITB dan kiprah para alumninya.
Diharapkan buku ini menjadi sumbangsih pemikiran yang dapat makin mengokohkan posisi ITB sebagai universitas teknik terkemuka di tanah air dan bersaing di tingkat global. Buku ini dalam waktu dekat akan dapat diakses oleh publik di Google Books/ Play Store.
Selain peluncuran buku, acara tersebut juga menghadirkan sejarawan dari Technische Universiteit (TU) Delft, Abel Streefland, yang mempresentasikan hasil penelitiannya dalam 3 tahun terakhir mengenai sejarah ITB.
Pada awalnya, Technische Hoogeschool te Bandoeng yang kemudian menjadi ITB tak terlepas dari praktek politik etis kolonialisme yang membutuhkan peran lebih luas pribumi sebagai insinyur teknik. Untuk tujuan itu, diimpor lah para guru besar dari TU Delft ke Bandung.
Abel Streefland menemukan dokumentasi yang menarik tentang kiprah Soekarno selama di ITB saat dipanggil menghadap oleh Prof Jan Klopper, rektor pertama ITB (TH Bandoeng).
Dia meminta pada Soekarno untuk memilih antara menjadi seorang insinyur atau politisi, sebab tidak mungkin menjadi keduanya.
Si mahasiswa yang dikenal brilian dari jurusan Teknik Sipil dan Arsitektur itu pun menjawab: akan menjadi seorang insinyur dan tidak akan terlibat dalam politik.
Soekarno lalu menepati janji itu hingga tepat sebelum kelulusannya. Dia datang ke Prof Klopper dan mengatakan “Kesulitan yang dihadapi rakyatku membawaku pada kesadaran untuk tidak bisa tidak terlibat dalam politik!”.
Soekarno lalu memohon untuk dibebaskan dari janjinya untuk tidak ikut politik. Ucapan Soekarno ini sungguh meninggalkan kesan yang mendalam bagi Sang Professor.
Menurutnya, “Anak muda sering membuat janji dan tidak ditepatinya, tapi tidak bagi Soekarno yang meminta dulu pada saya agar dia dilepaskan dari janjinya yang sebelumnya”.
Demikianlah alumni ITB yang ada di Belanda memperingati 100 tahun almamaternya dengan menggali sejarah, merefleksikannya, lalu menatap ke depan untuk selalu relevan menjawab tantangan dan mensyukuri kesempatan memperoleh pendidikan teknik di ITB.
Agar selalu bisa berbakti, sebagaimana motto yang diajarkan selama mahasiswa, untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater.
Sebab pendidikan yang baik bukan hanya menghasilkan lulusan yang cakap dan terampil saja, tetapi juga memiliki kesadaran untuk berkontribusi bagi masyakarat dan kemanusian, dengan memegang teguh nilai-nilai ilmu pengetahuan.