Beritaenam.com, Solo – Presiden Joko Widodo ( Jokowi) direncanakan menghadiri Apel Akbar Santri Nusantara dalam memperingati Hari Santri Nasional (HSN) di Solo, Jawa Tengah.
Apel akbar diikuti sekitar 50.000 santri dipusatkan di Benteng Vastenburg Solo, Jawa Tengah, Sabtu (20/10/2018).
Ketua PP Rabitah Ma’ahad Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) H Abdul Ghoffar Rozin (Gus Rozin) menjelaskan, acara Apel Akbar Santri Nusantara diselenggarakan sebagai peneguhan komitmen kaum santri dalam menjaga berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Ulama dan santri dari dulu hingga sekarang menjadi motor penggerak kesatuan nasional, menjaga Pancasila dan merawat perbedaan,” jelas Gus Rozin dalam siaran persnya di Solo, Jawa Tengah, Rabu (17/10/2018).
Melalui Apel Akbar Santri Nusantara ini, sambungnya menjadi momentum peneguhan komitmen kaum santri untuk tetap menjadi penjaga bangsa dam negara Indonesia dari upaya dan gerakan yang mengancam NKRI.
Indonesia sebagai nation-state dengan Pancasila sebagai ideologi adalah final, tidak berbenturan dengan nilai-nilai agama.
Disamping itu, Apel Akbar juga menjadi bagian untuk mendorong pemahaman kaum pesantren, atas kondisi kebangsaan kekinian dan ke depan.
Hari ini adalah saat terbaik, untuk dapat memaknai Hari Santri sesuai dengan dinamika zaman yang semakin berkembang. Ada beberapa tantangan yang dihadapi bangsa ini.
“Pertama, dalam menghadapi ideologi yang mengancam eksistensi NKRI. ISIS dan sekelompok organisasi yang menjadikan radikalisme dan terorisme harus kita lawan. Santri harus senantiasa menjadi pionir dalam mewujudkan perdamaian dunia,” katanya.
Kedua, lanjut Gus Rozin santri perlu ikut terlibat dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerataan pembangunan, khususnya dalam bidang ekonomi menjadi pekerjaan rumah yang membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pesantren.
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua yang ada di Indonesia. Dari pesantren lah, tata pekerti serta ilmu agama dapat tersebar ke segenap penjuru masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bertahan hingga di zaman sekarang.
Dari kalangan pesantren pula, lahir sejumlah tokoh ulama dan para santri yang memberikan andil yang besar bagi bangsa ini, di antaranya dalam proses berdirinya Negara Indonesia. Mereka turut berjuang di medan peperangan, serta dalam perumusan dasar negara.
Menurut dia, salah satu momen yang patut untuk diingat, yakni Resolusi jihad yang dicetuskan oleh Rais Akbar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 di Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih bangsa Indonesia.
“Kiai Hasyim sebagai pendiri dan Rais Akbar NU menyerukan jihad dengan mengatakan bahwa, “Membela tanah air dari penjajah hukumnya fardlu ‘ain atau wajib bagi setiap individu”,” kata Gus Rozin.
Sementara itu, dipilihnya Solo sebagai lokasi penyelenggaraan Apel Akbar Santri Nusantara, dikarenakan kota ini dikenal sebagai kota yang multikultur.
“Harapannya, dari semangat multikultur yang ada di Solo, dapat dirajut persatuan dalam bingkai bangsa. Muaranya adalah kerukunan antarsesama, yang tidak hanya di Solo, tetapi di seluruh Indonesia,” beber Gus Rozin.
Sumber: kompas.com