Pengelola Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta Selatan, mewajibkan santrinya
melakukan uji cepat (rapid test) deteksi dini COVID-19 sebelum memulai pembelajaran tatap muka pada 9 Januari 2021.
Ketua Yayasan Umum Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta, Hadiyanto Arief pada Ahad menyebutkan, tes cepat (rapid test) harus dilakukan santri dari tempat asalnya sebelum tiba di pondok pesantren.
“Jadi tidak dites di pesantren, tapi dari tempat tinggal mereka sudah dites dan hasil tes dibawa ke pesantren,” kata Hadiyanto.
Menurut Hadiyanto, pihak pesantren tidak ingin terjadi penumpukan santri pada saat kembali mondok ke pesantren apabila rapid test diadakan di pesantren.
Selain tes cepat, pada saat dimulainya pembelajaran tatap muka, para wali santri (orang tua) juga tidak diperkenankan mengantar sampai ke pondok pesantren.
“Orang tua cukup antar sampai di bandara atau dilepas dari rumah, tidak kami fasilitasi mengantar santri sampai ke pondok,” kata Hadiyanto.
Ponpes Darunnajah melakukan screening ketat terhadap santri yang akan kembali mondok mengikuti pembelajaran tatap muka.
“Apabila hasil tesnya reaktif, kami masih menyediakan pembelajaran online (daring),” katanya.
Pesantren Darunnajah juga menyediakan sistem satu pintu sebagai akses masuk para santri ke pondok pesantren.
Dengan pola ini membatasi lalu lalang orang di pondok pesantren sehingga santri tidak bisa keluar apabila sudah di dalam pondok. Begitu pula para wali santri tidak bisa masuk ke dalam pondok.
“Wali santri, semua tamu tidak bisa ke dalam, jadi memastikan anak-anak santri tetap di dalam pondok dalam keadaan aman itu saja,” ujarnya.
Pondok Pesantren Darunnajah merencanakan mulai melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka pada 9 Januari 2021.
Segala persiapan telah dilakukan termasuk protokol kesehatan di asrama maupun tempat belajar santri.
Total ada 13 cabang Pondok Pesantren Darunnajah di seluruh Indonesia. Salah satu ponpes yang akan memulai pendidikan tatap muka adalah Ponpes Darunnajah Jakarta yang terletak di Ulujami, Jakarta Selatan.
Dari 2.500 jumlah santrinya, sekitar 70 persen santri setuju untuk dimulainya pembelajaran tatap muka setelah sembilan bulan melakukan pendidikan jarak jauh.
Menurut Hadiyanto, santri tidak hanya berhak terhadap pendidikan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga pendidikan karakter atau pendidikan akhlak.
“Pondok pesantren itu kaitannya dengan pendidikan akhlak, pendidikan karakter yang memang tidak bisa dijalankan dalam bentuk online,” ujar Hadiyanto.