Setiap tahun saya selalu hadir di acara Hari Pers Nasional (HPN). Tahun ini saya Nggak datang dalam perhelatan insan pers 9 februari 2025 ini. Saya menyayangkan adanya perpecahan yang terjadi di organisasi Persatuan Wartawan Indonesia, yang menyebabkan perhelatan HPN dilaksanakan di dua wilayah yang berbeda.
Dalam setahun terakhir ini, terjadi dualisme kepengurusan. Dipicu masalah yg sebenarnya bukan substansial, lebih kepada urusan internal. PWI adalah organisasi pers tertua di negeri ini. Keberadaannya sedang diuji. Seperti media cetak yang sudah tidak lagi bertaji, karena mulai ditinggalkan pembacanya, digantikan media online. Media online pun bersaing dengan maraknya social media. Sejumlah platform sosmed bahkan mengkapitalisasi diri dengan merebut pasar media pers. Kuatnya arus pemberitaan instan yang dinamakan social media, sepertinya akan menjadi tantangan tersendiri bagi insan pers.
Kita musti paham; pers sudah bukan lagi jadi corong utama dalam pemberitaan. Informasi aktual justru sering di dapat lewat sosmed. Karena dari sosmed, kita mendapatkan kecepatan, meskipun kadang akurasi masih diragukan, karena di sana ada unsur subyektif.
Tantangan ke depan media pers adalah kembali merebut pasar yang sudah di acak-acak oleh eforia sosmed. Tentu banyak celah kita bisa survive, salah satu diantaranya menjaga integritas dan keberpihakan pada nilai dasar jurnalistik dengan kaidah kode etik yang disepakati.
Memang berat, tantangannya. Pers jaman dulu menjadi pilar perjuangan kemerdekaan, lalu bergeser sebagai pilar demokrasi. Tantangan ke depan pers harus menjadi pilar pemberitaan yg berintegritas. Sehingga karya jurnalistik akan menjadi rujukan ketika sosmed berseliweran memberitakan peristiwa simpang siur.
Selamat Hari Pers Nasional!