Beritaenam.com
  • Kawula Muda
  • Catatan Agi
  • Viral
  • Seks
  • Jabar
    • Bandung Raya
No Result
View All Result
  • Kawula Muda
  • Catatan Agi
  • Viral
  • Seks
  • Jabar
    • Bandung Raya
No Result
View All Result
Beritaenam.com
No Result
View All Result
Home Nasional

Soal Meteor yang Jatuh Saat Ramadan, Begini Penjelasan Pengasuh Ponpes di Malang

admin by admin
15/03/2019
in Nasional
0
Soal Meteor yang Jatuh Saat Ramadan, Begini Penjelasan Pengasuh Ponpes di Malang

Pengasuh Ponpes Miftahul Fallahil Mubtadin M Romli.

7
SHARES
104
VIEWS

beritaenam.com, Malang – Pengasuh Ponpes Miftahul Fallahil Mubtadin M Romli menerangkan tentang huru-hara yang bakal datang pada Ramadan mendatang. Menurutnya, huru-hara yang dimaksud bukan terjadinya peperangan atau kekacauan di masyarakat, melainkan akan jatuhnya meteor pertanda kiamat.

“Huru-hara itu ya meteor yang jatuh di Bulan Ramadan. Jadi jemaah harus menyiapkan diri sebelumnya, karena itu menjadi 10 tanda besar terjadinya kiamat,” kata M Romli di Ponpes, Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Kamis (14/3/2019).

Gabah dan beras harus disiapkan oleh jemaah ketika pertanda kiamat itu benar-benar terjadi. Logistik itu memang disampaikan Romli ketika jemaah akan hadir mengikuti program ibadah triwulan yang dimulai Rajab sampai Ramadan mendatang.

Menurut Romli, setiap jemaah membutuhkan 500 kg gabah atau 300 kg beras sebagai bekal selama satu tahun pasca meteor jatuh. Jika tidak ada meteor, maka gabah dan beras kembali dibawa pulang jemaah ke kampung halaman masing-masing.

“Bisa dilihat itu gabah dan berasnya ditumpuk, saya tidak pernah meminta, mereka yang bawa sendiri. Kalau meteor tidak jatuh, akan dibawa pulang,” imbuhnya.

Romli juga membantah untuk mewajibkan jemaah membeli pedang serta foto dirinya. Apalagi dengan harga yang relatif tinggi.

Pengurus pondok memang menjual foto dirinya sebagai mursyid atau guru Thoriqoh Akmaliyah As-sholihiyah yang diikuti ratusan jemaah. Termasuk puluhan warga Ponorogo itu.

“Foto dijual Rp 200 ribu, bukan Rp 1 juta. Saya tidak minta membeli pedang. Dan apalagi anak memotong dan memakan tangan adiknya, itu semua tidak benar,” tegasnya, seperti dikutip dari detik.com

Sebelumnya dikabarkan bahwa puluhan warga Dusun Krajan, Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo berpindah ke Malang untuk tinggal di Ponpes Miftahul Fallahil Mubtadin.

Kepindahan mereka dikaitkan dengan doktrin kiamat dan huru-hara yang datang di Bulan Ramadan nanti. Terkait huru-hara, warga diminta membeli pedang Rp 1 juta.

Tags: Doktrin agamaKiamatMalang
Previous Post

Nyeruput Kopi Seharga Rp 7.000 di Balige, Jokowi Dinyanyiin Emak-emak

Next Post

Soal Ketidakpercayaan Prabowo terhadap Hasil Survei, Pengamat CSIS: Itu Tidak Fair

admin

admin

Next Post
Soal Ketidakpercayaan Prabowo terhadap Hasil Survei, Pengamat CSIS: Itu Tidak Fair

Soal Ketidakpercayaan Prabowo terhadap Hasil Survei, Pengamat CSIS: Itu Tidak Fair

Beritaenam.com berisi orang-orang profesional. Sudah lulus Uji Kompetensi Dewan Pers. Berintegritas dan berpengalaman di dunia jurnalistik.

  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

© 2022 Beritaenam - PT. Dua Tujuh Delapan

No Result
View All Result
  • Kawula Muda
  • Catatan Agi
  • Viral
  • Seks
  • Jabar
    • Bandung Raya

© 2022 Beritaenam - PT. Dua Tujuh Delapan