Jakarta – Tiga proyek buatan sineas Indonesia berhasil meraih penghargaan dalam NAFF Project Market dan Goedam Campus Pitching, yang merupakan rangkaian dari Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) 2024.
Dua proyek film, “Dancing Gale” dan “Virgin Bash,” mendapatkan penghargaan di NAFF Project Market. Sementara itu, proyek film “The Heirlooms” meraih Bucheon Awards di Goedam Campus Pitching.
Menurut keterangan resmi yang diterima pada Kamis, dewan juri memilih para pemenang berdasarkan beberapa aspek, termasuk penyampaian presentasi yang baik, kreativitas cerita, dan kesiapan menuju tahap produksi.
Film “Dancing Gale” memperoleh DHL Award dan berhak menerima hadiah sebesar 5 juta won Korea atau sekitar Rp58,8 juta. Film ini disutradarai oleh Sammaria Simanjuntak dan diproduseri oleh Lies Nanci Supangkat dari rumah produksi Pomp Films. “Dancing Gale” berlatar di Danau Toba dan mengangkat tema budaya Batak melalui kisah boneka Sigale-gale, boneka pelipur lara dari Tanah Toba.
“Penghargaan ini tidak lepas dari dukungan luar biasa Direktorat Perfilman Musik dan Media (PMM) Kemendikbudristek dan seluruh delegasi Indonesia. Semoga film ini segera mendapatkan pendanaan penuh, diproduksi, dan menambah kekayaan film horor Indonesia di dunia internasional, serta menjadi kebanggaan kita semua,” ujar Sammaria.
Sementara itu, proyek film “Virgin Bash” mendapatkan Mocha Chai Laboratories Post Production Award dan berhak menerima fasilitas pasca-produksi senilai 35 ribu dolar Amerika atau sekitar Rp569 juta. Film ini disutradarai oleh Randolph Zaini dan diproduseri oleh Susanti Dewi dari rumah produksi IDN Pictures. “Virgin Bash” mengisahkan tentang pesta dara sebelum pernikahan yang menyenangkan, namun berubah menjadi tragedi berkepanjangan.
Proyek film “The Heirlooms” dari sutradara Devina Sofiyanti meraih Bucheon Awards dalam forum Goedam Pitching. Sebelumnya, Devina dan proyek filmnya terseleksi untuk mengikuti Goedam Residency, program afiliasi dari Goedam Planning & Development Camp yang diperkenalkan BIFAN sejak 2023. Selama residensi, Devina bersama dua sineas lainnya dari Jepang dan Taiwan dibimbing oleh produser asal Korea Selatan, Jenna Ku, yang sebelumnya sukses melahirkan karya-karya seperti “The Running Actress” (2017), “Little Forest” (2018), hingga “Josee” (2020).
Dengan pencapaian ini, sineas Indonesia kembali menunjukkan kualitas dan kreativitas yang mampu bersaing di kancah internasional, membawa nama Indonesia semakin dikenal di dunia perfilman global.