beritaenam.com, Solo – Media sosial beberapa hari terakhir dipenuhi dengan komentar pro dan kontra terkait penghapusan panggilan kafir untuk warga negara Indonesia yang menganut keyakinan nonmuslim. Penghapusan ini dinilai sebagai langkah maju untuk meredam agama sebagai alat politik.
Menanggapi beragam pendapat ini, ulama Nahdlatul Ulama (NU) asal Yogyakarta, Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq menyatakan penghapusan panggilan kafir ini sesuai dengan Bahtsul Masail NU.
“Agar tidak ada lagi yang menyebut kafir bagi warga negara Indonesia,” katanya usai memberikan tausiyah di acara Kenduri Nusantara yang diadakan di Benteng Vastenburg Surakarta, Minggu.
Ia menambahkan aturan tersebut sudah sejak dulu ada dan saat ini kembali ditegaskan bahwa tidak boleh ada yang menggunakan istilah kafir.
“Ketika orang Indonesia yang disebut rakyat, tidak boleh saling men’judge’,” ujarnya.
Ia juga meminta agar warga Indonesia tidak mudah pesimistis terhadap kondisi yang terjadi saat ini. Ia mengatakan Indonesia akan maju ke depannya karena memiliki potensi besar.
“Jangan pesimistis jadi orang Indonesia. Katanya Indonesia bubar, hindari kata seperti itu. Seperti juga ada doa ‘kalau tidak menang terus siapa yang mau menyembahMu’,” jelasnya seperti dilansir Antara.
Menurut dia, doa tersebut juga merupakan bentuk rasa pesimistis seseorang terhadap kondisi yang ada. Ia juga menilai doa tersebut bukan merupakan ancaman terhadap Tuhan.
“Itu bukan mengancam Tuhan, dia tidak ‘ngerti’ saja. Itu doa perang Badar ketika menghadapi orang melawan Rasulullah, kalau dipakai sekarang kan jadinya aneh,” tegasnya.
Sementara itu, disinggung mengenai adanya pihak-pihak yang terus membuat polemik terkait penghapusan panggilan kafir untuk nonmuslim, Gus Muwafiq tidak ingin ambil pusing.
“Kalau masalah goreng itu memang hobinya goreng. Kalau saya ya setuju, kan saya pengurus NU,” katanya.