Beritaenam.com | Lama tak terdengar kabarnya, Eny Erlangga, salah satu andalan bulutangkis putri era tahun 90-an ternyata betah menjadi pelatih di Brunei Darussalam.
Dalam suatu percakapan jarak jauh Eny bertutur, “tak terasa sudah 19 tahun saya melatih disini (Brunei), banyak pengalaman seru karena selain melatih untuk tim nasional Brunei saya juga menangani pelatihan secara individu” tutur atlet kelahiran 2 April 1981 itu.
Dahulu Eny banyak malang melintang di jagad bulutangkis Nasional, dan sebagai atlet Eny bahkan berhasil mengharumkan nama bangsa di kancah kejuaraan kelas dunia. Kembali ke tahun 1999, Eny adalah peraih medali emas Kejuaraan Badminton Junior Asia di Yangon, Myanmar, yang berlangsung dari tanggal 11-17 Juli 1999.
Kejuaraan ini diikuti oleh 24 negara dan melibatkan 350 atlet dari seluruh penjuru Asia.
Di kelas Ganda Campuran Eny berpasangan dengan Hendri Kurniawan Saputra berhasil menaklukkan pasangan dari China Xie Zhongbo dan Zhang Jiewen dengan kemenangan telak 17-14, 15-12. Eny dan Hendri berhasil menyabet Emas.
Eny juga menjadi salah satu andalan tim bulutangkis wanita Indonesia dalam gelaran SEA Games 2001 di Stadion Malawati, Selangor, Malaysia yang berlangsung dari tanggal 9-15 September 2001.
Dalam kejuaraan ini tim bulutangkis wanita Indonesia berhasil meraih Medali Emas.
Tahun 2001, berpasangan dengan rekannya, Jo Novita, Eny Erlangga berhasil menyabet gelar juara pada nomor Ganda Wanita dalam kejuaraan Thailand Open yang berlangsung tahun 2001.
Eny Erlangga Nursubekti lahir di Boyolali, Jawa Tengah semenjak kecil memang sudah gandrung pada olah raga badminton.
Diawali dari kebiasaan ayahnya, Irfani, seorang pegawai sebuah bank milik pemerintah daerah Jawa Tengah, yang selalu membawa putrinya tatkala ia berkumpul dengan rekan sejawat untuk berlatih bulutangkis.
Eny kecil sangat menikmati permainan cepat rekan-rekan ayahnya. Dari sinilah putri pertama dari empat bersaudara ini jatuh hati pada badminton.
“Saya sempat bergabung dalam klub bulutangkis di Jawa Tengah dan sejak saat itulah saya seperti menemukan dunia saya, yakni badminton” tutur Eny yang saat diwawancarai secara jarak jauh tengah berlibur di London, Inggris.
Demi mengejar cita-citanya yang ingin menjadi pebulutangkis profesional Eny hijrah ke Jakarta dan bergabung dalam berbagai klub diantaranya Klub Pelita Bakrie, milik keluarga Ir. Aburizal Bakrie, yang saat itu ditangani oleh legenda bulutangkis Icuk Sugiarto.
Lepas dari Pelita Bakrie, Eny pernah bergabung dengan Klub Jaya Raya milik Pemda DKI sebelum akhirnya Eny berhasil masuk dalam arena Pelatnas dari tahun 1999 sampai dengan 2004.
Pelatnas jugalah yang mengantarkan Eny hingga ia sukses menyabet berbagai nomor di kelas Asia Tenggara dan Asia seperti yang telah disebutkan di atas.
Dunia bulutangkis adalah kancah olah raga yang keras. Persaingan antar pemain sangat ketat dan setiap tahun selalu saja muncul wajah baru yang lebih bertenaga dan penuh bakat. Pemain yang lebih lama bisa tergusur karena ketatnya persaingan.
Karena itu tidaklah heran bila beberapa pemain kemudian ‘hijrah’ menjadi pelatih. Ada yang menangani klub di dalam negeri, dan banyak pula yang akhirnya loncat keluar negeri dan melatih klub atau tim bulutangkis nasional di luar negeri.
Eny salah satunya. Tahun 2005 wanita yang sampai saat ini masih setia melajang ini akhirnya ‘lompat’ jga ke luar negeri dan menangani tim bulutangkis nasional Brunei Darussalam. Tak hanya tim badminton nasionalnya, Eny juga melatih secara private bagi kalangan individu yang ingin berlatih bulutangkis secara intensif dan khusus.
Tanpa terasa sudah 19 tahun Eny berada di Brunei, “adakalanya merasa jenuh tapi mau bagaimana lagi ini adalah dunia saya” Eny pun berandai-andai bila pada suatu saat nanti ia bisa kembali pulang kampung dan kembali ke kota masa kecilnya, Boyolali, untuk menjadi pelatih bulutangkis bagi anak-anak berbakat di kota itu.
“Tapi, rasanya saya masih ingin bertahan beberapa tahun lagi menjadi pelatih di luar negeri, setelah itu bolehlah melatih anak-anak yang ingin serius bergelut sebagai pemain bulutangkis professional” ujar Eny menutup perbincangan.