beritaenam.com, Jakarta – Penanganan darurat korban bencana banjir dan longsor yang melanda sembilan kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu belum bisa maksimal. Penyebabnya, lokasi titik-titik banjir dan longsor sulit dijangkau akibat seluruh akses ke lokasi kejadian terputus total.
“Koordinasi dan komunikasi ke kabupaten/kota juga cukup sulit dilakukan karena aliran listrik banyak yang terputus,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis, Minggu (28/4/2019).
Menurut Sutopo, pendistribusian logistik juga terhambat karena akses jalan banyak yang terputus akibat banjir dan longsor.
Titik lokasi bencana banjir dan longsor sangat banyak sedangkan jarak antartitik banjir dan longsor berjauhan, sehingga menyulitkan untuk mencapai semua lokasi.
“Terbatasnya dana/anggaran yang memadai sehingga menyulitkan operasional penanganan bencana,” ucapnya.
Untuk membantu operasional penanganan darurat, kata dia, Kepala BNPB Doni Monardo telah menyerahkan bantuan dana siap pakai sebesar Rp2,25 miliar kepada Gubernur Bengkulu.
Selanjutnya dana siap pakai tersebut akan diberikan kepada BPBD kabupaten/kota sesuai tingkat kerusakan akibat bencana.
Sutopo mengatakan, kebutuhan mendesak saat ini adalah tenda pengungsian, perahu karet, selimut, makanan siap saji, air bersih, family kid, peralatan bayi, lampu emergency, peralatan rumah tangga untuk membersihkan lumpur dan lingkungan, sanitasi, dan jembatan baley.
Menurut Sutopo, BPBD Bengkulu masih melakukan pendataan dampak bencana dan penanganan bencana.
Masyarakat diimbau untuk tetap meningkatkan kewaspadaan mengingat potensi hujan berintensitas tinggi masih dapat berpotensi terjadi di wilayah Indonesia.
Hingga Minggu (28/4/2019) pukul 19.00 WIB, tercatat 17 orang meninggal dunia, sembilan orang hilang, dua luka berat dan dua orang luka ringan akibat bencana tersebut.
Sebaran dari 17 orang meninggal dunia terdapat di Kabupaten Bengkulu Tengah 11 orang, Kota Bengkulu (3 orang), dan Kabupaten Kepahiang (3 orang).
Bencana tersebut juga memaksa 12.000 orang mengungsi yang tersebar di banyak tempat. Selain itu, 13.000 orang terdampak bencana.
Jumlah ternak yang mati sebanyak 106 ekor sapi, 102 ekor kambing/domba dan 4 ekor kerbau. Sedangkan kerusakan fisik meliputi 184 rumah rusak, 7 fasilitas pendidikan dan 40 titik sarana prasarana infrastruktur.