Beritaenam.com — Menyambut Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia (HUT ke-79 RI), semangat para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan bangsa harus terus kita kobarkan. Semangat ini tak hanya terpancar melalui pekikan perjuangan, tetapi juga melalui karya-karya abadi dari para komponis legendaris Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai nasionalisme.
Sejak era kemerdekaan, subsektor musik Indonesia telah memiliki banyak tokoh yang tidak hanya berperan dalam dunia musik, tetapi juga dalam peristiwa-peristiwa penting yang membentuk sejarah bangsa ini. Karya-karya mereka tidak hanya dikenang, tetapi juga terus diapresiasi hingga kini, bahkan mendapatkan penghargaan di berbagai ajang bergengsi. Berikut adalah beberapa komponis legendaris Indonesia yang karyanya masih hidup dan dikenang hingga sekarang:
W.R. Supratman
Wage Rudolf Supratman, yang lebih dikenal sebagai W.R. Supratman, adalah salah satu komponis legendaris yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya. Lagu ini pertama kali dinyanyikan pada Kongres Pemuda di Batavia pada tahun 1928, menggambarkan semangat dan tekad pemuda Indonesia dalam merebut kemerdekaan.
Sayangnya, W.R. Supratman tidak sempat menyaksikan kemerdekaan Indonesia karena ia meninggal dunia pada 17 Agustus 1938, beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka. Meski begitu, lagu Indonesia Raya yang diciptakannya tetap menjadi simbol perjuangan yang tak lekang oleh waktu.
Ismail Marzuki
Nama Ismail Marzuki pasti tidak asing lagi ketika membicarakan komponis legendaris Indonesia. Lahir di Jakarta, Ismail Marzuki telah menciptakan berbagai lagu nasional yang hingga kini masih dinyanyikan dan dikenang oleh seluruh rakyat Indonesia. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain Indonesia Pusaka, Gugur Bunga, dan Rayuan Pulau Kelapa.
Dalam 27 tahun berkarya, Ismail Marzuki telah menciptakan sekitar 250 lagu. Penghargaan yang diterimanya pun tak sedikit, termasuk piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno sebagai bentuk apresiasi atas dedikasinya terhadap tanah air. Namanya juga diabadikan sebagai nama pusat kesenian di Jakarta, yaitu Taman Ismail Marzuki.
Cornel Simanjuntak
Lagu patriotik Maju Tak Gentar adalah salah satu karya dari Cornel Simanjuntak, komponis yang dikenal sebagai pencipta lagu-lagu patriotik dan memiliki pengaruh besar dalam perkembangan musik Indonesia. Selain Maju Tak Gentar, Cornel juga menciptakan sejumlah lagu heroik lainnya seperti Tanah Tumpah Darah, Sorak-sorak Bergembira, dan Indonesia Tetap Merdeka.
Raden Machjar
Raden Machjar Angga Koesoemadinata atau Raden Machjar adalah komponis legendaris yang berperan besar dalam perkembangan musik Sunda. Lahir pada 7 Desember 1902, Raden Machjar dikenal sebagai penemu sistem notasi nada dalam musik Sunda yang disebut da-mi-na-ti-la-da. Ia juga menemukan 17 tangga nada dalam sistem pelog dan salendro.
Sebagai seorang seniman Sunda yang ahli dalam seni karawitan dan seni suara, Raden Machjar juga menciptakan serat kanayagan, sebuah notasi dalam musik karawitan, serta monocord, alat untuk mengukur getaran bunyi yang kini digunakan oleh ahli musik di luar negeri.
Slamet Abdul Sjukur
Bagi para pecinta musik kontemporer, nama Slamet Abdul Sjukur tentu tak asing lagi. Lahir pada 20 Juni 1935, Slamet Abdul Sjukur dikenal sebagai pelopor musik kontemporer di Indonesia. Selama lebih dari 10 tahun berkarya di Paris, ia menjadi komposer yang terkenal dengan karyanya yang menggunakan alat-alat sederhana seperti desir angin, gesekan daun, hingga suara percakapan sehari-hari.
Slamet Abdul Sjukur telah menciptakan banyak karya, di antaranya Daun Pulus, Jakarta 450 Tahun, Parentheses, dan Silence. Beberapa penghargaan yang diterimanya antara lain Bronze Medal dari Festival de Jeux d’Automne di Perancis (1974), Penghargaan dari Institut Kodaly, Budapest, Hongaria (1983), serta Tanda Kehormatan Satyalancana Kebudayaan dari Pemerintah RI (2016).
Gesang Martohartono
Terakhir, tidak lengkap rasanya membicarakan komponis legendaris Indonesia tanpa menyebut Gesang Martohartono. Maestro keroncong ini menciptakan lagu legendaris Bengawan Solo yang tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di dunia. Lagu ini telah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa, termasuk Inggris, Rusia, dan Cina.
Gesang pun mendapatkan banyak kesempatan untuk membawakan lagu ciptaannya di berbagai negara Asia. Bahkan, lagu Bengawan Solo sempat dijadikan soundtrack dalam film Jepang berjudul Stray Dog (1949).
Karya-karya para komponis legendaris ini menjadi bukti bahwa musik tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi sarana untuk menyalurkan semangat perjuangan dan cinta terhadap tanah air. Di tengah perayaan HUT ke-79 RI, mari kita// terus mengenang dan menghargai karya-karya besar ini sebagai bagian dari sejarah dan identitas bangsa Indonesia.