Catatan: Agi Sugiyanto
Beritaenam.com – Menikmati duren ucok, tapi di bogor. Tepatnya di jalan Pandu Raya. Kenapa tidak? Suasananya persis sama dengan di pusatnya.
Di awal-awal buka. Saya pernah mengalami, dan menikmati suasana makan duren di kedai Ucok Medan, 10 tahun yang lalu. Waktu itu masih di tumpuk di depan ruko, menggunung, dan para petugas mencarikan duren sesuai keinginan pelanggannya. Ada yang minta rasa pahit, setengah pahit, manis, atau yang campuran pahit manis. Ada yang minta tekstur kering tapi legit, ada yang minta duren tembaga, dan lain sebagainya.
Duren Ucok yang awalnya ada di Medan, kini berkembang menjadi kedai cafe, yang dilengkapi aneka jajanan dan makanan lain. Bahkan kini merambah ke berbagai tempat. Di jakarta, bahkan sudah ada beberapa cabang. Di bogor saja, ada dua cabang. Makanya tak heran, duren ucok juga mengembangkan penjualan dg sistem online.
Di Jalan Pandu Raya, Bogor, saya mencoba menikmati duren. Harganya dibandrol Rp 105 ribu dan Rp 85 ribu. Tapi kalau pengunjung follow instagram duren ucok, maka dapat potongan Rp 5 ribu rupiah. Lumayan.
Saya mencoba icip-icip duren ucok. Oleh petugas saya ditawarkan harga tersebut di atas. Kita tinggal nunjuk. Lalu pelayan membelah duren, kalau nggak manis, bisa ditukar yang lain.
Yang namanya duren, ada yang manis, ada yang kurang, dan bahkan ada yg cacat karena busuk. Petugas akan mengganti duren itu dengan yang lain.
Duren ucok, sudah berkembang menjadi brand. Nama ucok, yang asal medan, ternyata sudah beranak pinak, ke berbagai kota besar di indonesia.
Sistem bisnis yang dibangun, lewat sistem franchais. Yang jelas setiap counter selalu ramai, dan dipadati pengunjung. Mungkin karena terbuai dengan nama besar Ucok sebagai pionir penjualan duren khas, dengan aneka jenis duren asal sumatera. Kalau menurut saya sih biasa2 saja.
Artikel ini sudah dimuat di akun facebook : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10156961831939472&id=631309471