Beritaenam.com – Laporan media ternama Amerika Serikat (AS), Wall Street Journal (WSJ), mengungkapkan bahwa pejabat tinggi intelijen Arab Saudi yang juga orang dekat putra mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) beberapa kali mengunjungi Israel secara diam-diam.
Kunjungan itu disebut mewakili MBS dan bertujuan membahas pembelian perangkat lunak spionase buatan Israel. Seperti dilansir Press TV, Rabu (19/12/2018), WSJ mengutip sejumlah sumber yang memahami isu ini dalam laporannya yang dirilis pada Selasa (18/12) waktu setempat.
Perangkat lunak atau software spionase buatan Israel yang bernama ‘Pegasus’ itu digunakan Saudi dalam melacak orang-orang yang dianggap membangkang dan mengasingkan diri ke luar negeri, termasuk wartawan Jamal Khashoggi yang tewas dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki pada awal Oktober lalu.
Laporan WSJ menyebutkan bahwa Mayor Jenderal Ahmed al-Assiri secara diam-diam mengunjungi Israel dalam beberapa kali kesempatan untuk membahas pembelian Pegasus, yang bisa digunakan untuk meretas dan spionase. Waktu pasti kunjungan-kunjungan itu tidak diungkap lebih lanjut.
Diketahui bahwa Assiri telah dipecat dari jabatannya sebagai Wakil Kepala Intelijen Saudi, karena diduga kuat terlibat pembunuhan Khashoggi. Banyak pihak yang menuduh MBS sebagai sosok yang memerintahkan pembunuhan Khashoggi. Tuduhan itu telah dibantah mentah-mentah oleh otoritas Saudi.
WSJ juga melaporkan soal orang dekat MBS lainnya, Saud al-Qahtani, yang pernah menjadi penasihat media putra mahkota Saudi itu. Qahtani yang juga dipecat karena diduga terlibat pembunuhan Khashoggi ini, dilaporkan menjadi bagian dari operasi rahasia Saudi untuk menjangkau Israel.
Sumber-sumber yang memahami isu ini menuturkan kepada WSJ, bahwa Qahtani berupaya melunakkan citra Israel di media-media Saudi. Qahtani juga disebut terlibat dalam upaya pembelian teknologi spyware dari perusahaan Israel oleh Saudi.
“Qahtani merupakan pemain kunci dalam semua ini. Dia menginginkan yang terbaik dan dia tahu bahwa perusahaan Israel menawarkan yang terbaik,” ujar seorang sumber pejabat Saudi.
Belum ada komentar dari Assiri maupun Qahtani atas laporan WSJ ini.
Spyware Pegasus buatan perusahaan keamanan siber Israel, NSO Group Technologies, yang bisa melakukan pengintaian secara tak terbatas pada telepon genggam atau smartphone ini diklaim sebagai aplikasi spyware mobile paling kuat di dunia.
Media Israel, Haaretz, melaporkan bahwa Pegasus hanya membutuhkan nomor telepon untuk ‘menjerat’ sebuah smartphone. Begitu smartphone itu diretas, bagian pengeras suara dan kamera bisa digunakan untuk merekam percakapan. Bahkan aplikasi-aplikasi dengan enkripsi seperti WhatsApp bisa dipantau dengan software spionase ini.
Laporan menyebut smartphone salah satu sahabat Khashoggi, Omar Abdulaziz aktivis Saudi berbasis di Kanada telah terinfeksi dengan spyware Pegasus. Dengan spyware itu, Saudi mampu mengumpulkan informasi soal Khashoggi.
Awal bulan ini, Omar dilaporkan mengajukan langkah hukum terhadap NSO setelah terungkap bahwa hasil peretasan percakapan dan chat dengan Khashoggi pada smartphone-nya telah memicu pembunuhan wartawan kawakan Saudi itu.